Hyunsu merasakan tubuhnya lemas dan terlalu lemah untuk digerakkan. Wangi aroma obat langsung menyambutnya begitu indera penciumannya berfungsi. Hyunsu membuka matanya dan mengerjapkannya pelan-pelan. Anak itu menatap sekitar dengan tatapan linglung. Hyunsu menatap satu per satu benda yang berada di sekitarnya. Ruangan ini terlalu luas untuk kamar kelas bawah di rumah sakit. Hyunsu bisa merasakan ranjang yang lebar juga ada kulkas kecil dan sebuah televisi yang tertempel di dinding. Ini terlalu mewah untuk ruangan yang Hyunsu tidak mungkin akan sanggup membayarnya.
Pelan-pelan pandangan Hyunsu menjadi jelas. Di sofa tengah terbaring seorang lelaki dengan menggunakan topi, hoodie hitam dan masker untuk menutupi wajahnya. Sebuah sosok yang tak asing di mata Hyunsu. Dia seperti mengenali sosok lelaki tersebut. Hyunsu merasakan tenggorokannya kering. Anak itu melirik sebuah gelas yang berada di atas nakasm sayangnya posisi nakas agak jauh dari tempat tidur Hyunsu.
Hyunsu menggeser tubuhnya pelan-pelan. Siapapun yang tengah tertidur di sofam dia tidak ingin membangunkannya. Jika dilihat dari pakaiannya memang sedikit aneh tapi Hyunsu punya firasat bahwa dia bukan orang jahat.
Di tangan kanan Hyunsu terpasang infus yang membuatnya kesulitan bergerak. Hyunsu sudah berusaha mencoba menggeser tubuhnya namun tubuhnya benar-benar masih terasa lemas. Tangan kiri Hyunsu mencoba meraih gelas yang berada di atas nakas. Hyunsu menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara.
“Sedikit lagi, ayolah,” gumam Hyunsu bermonolog. Tangan kirinya kini sudah menyentuh gelas yang berada di nakas namun jarak antara nakas dan ranjang tempat dia berbaring masih cukup jauh.
Prang!
Saat Hyunsu mencoba mengambil gelas yang sudah berada di tangan kirinya, namun tangannya mendadak tidak bersahabat. Gelas yang dipegangnya meleset hingga menimbulkan bunyi benturan dengan lantai yang cukup nyaring.
Hyunsu ternganga, pandangannya langsung tertuju pada seseorang yang tengah tidur di sofa. Lelaki itu sudah bangun dan kini tengah berlari ke arah Hyunsu dengan wajah panik. “Apa kau tidak apa-apa? Kenapa kau tidak meminta bantuan suster atau memanggilku,” teriaknya yang tanpa sadar memarahi Hyunsu.
Hyunsu tertegun. Sorot mata itu Hyunsu jelas sangat hafal siapa dia. Meski wajahnya tertutup dengan masker namun Hyunsu bisa mengenali lelaki yang berada di hadapannya sekarang. Jantung Hyunsu mendadak berdetak sangat kencang.
“Liow?” Hyunsu berusaha untuk menutup mulutnya yang tanpa sadar telah terbuka namun gagal. Mata sipit itu jelas milik Liow. LIow merupakan salah satu penyanyi solo yang terkenal dengan singlenya Autumn. Lelaki ini snagat terkenal di Korea. Sejak dua tahun yang lalu Hyunsu mengidolakannya. Liow lebih tua tiga tahun dari Hyunsu namun karirnya sangat sukses.
Setiap kali merilis lagu Liow selalu merajai chart dan berada di posisi pertama. Orang-orang juga menyebutnya sebagai artis yang masuk dalam kategori Digital monster, ini adalah sebutan untuk penyanti, idol atau musisi yang setiap kali merilis lagu selalu merajai chart di Bugs, Melon, Soribada, Flo dan lainnya.
Bukan hanya sukses dalam bidang musik dan merajai chart. Liow juga sudah berhasil menyelenggarakan World tour dan tiket konsernya ludes hanya dalam waktu satu detik. Hyunsu sangat menyukai suara Liow. Selain karena suaranya Hyunsu sangat kagum dengan kisah Liow. Liow berasal dari keluarga sederhana, yang Hyunsu dengar dia adalah anak dari pemilik toko kelontong di sebuah gang kecil, namun kemudian setelah perjuangannya selama lima tahun menjadi Trainee dia akhirnya sukses debut menjadi penyanyi.
“Kau mengenaliku?” Tanya liow tak percaya. Gagal sudah penyamarannya hari ini. Sebagai seorang penyanyi terkenal Liow tidak bisa keluar dari apartemennya begitu saja karena banyak fans maupun media yang akan menyorotnya.
“Iya,” Hyunsu menunduk sebelum melanjutkan ucapannya. “ Aku adalah penggemarmu,” lanjut Hyunsu dengan wajah malu-malu. Liow membuka maskernya dan untuk pertama kalinya dia bisa melihat wajah Liow dari dekat, “Benarkah? Wah aku sangat senang mendengarnya,” tukas Liow, matanya terlihat sangat antusias.
Hyunsu sempat berpikir bahwa mungkin saja Liow adalah sosok yang kurang menyenangkan di belakang kamera. Menjadi seorang idol atau penyanyi di Korea kebanyakan orang menganggapnya bahwa mereka sempurna, karena image sempurna yang telah tertanam sejak pertama kali. Jadi tak mudah bagi seseorang bahwa seorang idol juga mempunyai sisi yang tidak sempurna. Liow menarik kursi di samping kasur Hyunsu dan menatap Hyunsu sambil tersenyum. Hyunsu bisa merasakan rasa kagumnya bertambah ketika merak amulai mengobrol. Hyunsu tidak menyangka bahwa Liow sebaik itu. Dia bahkan terlihat perhatian saat mendengarkan perkataan Hyunsu.
“Aku sangat takut ketika kau pingsan di depan apartemenku. Dokter bilang kau keracunan makanan, kau makan gimbap yang sudah kadaluarsa kan?” Tebak Liow. Mata Hyunsu melebar, “Kenapa kau bisa tahu?” Tanyanya dengan nada terkejut.
“Aku menemukan gimbap di tas kecilmu dan kata dokter itu sudah kadaluarsa,” tukas Liow. Hyunsu hanya bisa tersenyum canggung. Dia tak punya pilihan lain karena Hyunsu harus menghemat pengeluaran. Sosok Hyunsu mengingatkan Liow pada dirinya di masa lalu.
Dulu Liow juga bekerja paruh waktu seperti Hyunsu. Gimbap yang hampir kadaluarsa juga adalah makanannya saat itu karena harganya sangat terjangkau. Liow juga pernah masuk rumah sakit karena keracunan gimbap jadi dia merasa takut saat Hyunsu pingsan tadi. Saking paniknya Liow sampai meminta manajernya untuk menunda jadwalnya lima jam ke depan. Beruntungnya Hyunsu sadar satu jam setelah pingsan.
“Aku tahu mungkin ini sulit bagimu, tapi cobalah makan yang lebih layak, Hyunsu,” tukas Liow. Hyunsu mengangguk. Sebenarnya Liow ingin membantu Hyunsu dengan memberinya uang namun dia tahu itu pasti akan sangat menyinggung Hyunsu jadi dia memilih untuk mengurungkannya.
“Apa kau pandai menyanyi, Hyunsu?” Tanya Liow tampak mengamati Liow. Sejak pertama melihat Hyunsu, Liow punya firasat bahwa Hyunsu pandai bernyanyi. Hyunsu menggelengkan kepalanya dengan malu-malu, “Tidak, aku tidak pandai menyanyi,” tukas Hyunsu.
“Ehey, kau pasti berbohong kan? Aku bisa melihatmu pandai bernyanyi. Bisakah kau menyanyikan lagu untukku?” pinta Liow.
“Aku tidak bisa bernyanyi Hyusu-ssi, maafkan aku.” Tolak Hyunsu. Meski Hyunsu pandai bernyanyi namun bernyanyi di hadapan idolanya sungguh tidak mudah.
“Kau bilang kau penggemarku kan? Coba nyanyikan salah satu laguku,” tukas Liow. “Masa kau tidak mau bernyanyi untukku, Hyunsu?” desak Liow. Hyunsu menarik napasnya kapan lagi dia punya kesempatan untuk bernyanyi di hadapan Liow. Dia pun akhirnya mengangguk. Liow terlihat sangat senang.
Namun belum sempat Liow membuka suara sebuah suara menginterupsi obrolan Hyunsu dan Liow, “Hyunsu apa kau baik-baik saja,” tanya Pak Kim dengan wajah panik. Langkah lelaki itu terhenti ketika melihat Liow tangah berada di sana.
“Appa,” gumam Liow dengan pelan namun Hyunsu masih bisa mendengarnya. Keduanya tampak terkejut karena pertemuan yang tak terduga.