Neraka Baru Bagi Do Yun

1130 Kata
Do Yun berdiri sambil menatap sebuah rumah yang berada di hadapannya. Rumah ini tampak sederhana. Halaman depannya pun tampak asri. Do Yun pernah ke sini, meskipun hanya satu kali itu pun saat dia masih kecil, jadi dia tidak ingat bibinya seperti apa. Baek Jung merupakan istri dari kakak tiri Yerin. Meski tidak begitu akrab namun Yerin berharap bahwa Baek Jung mau menjaga Do Yun untuk sementara. Do Yun berdiri dengan tubuh gemetar di depan pintu rumah Baek Jung, dia tidak berani untuk memencet bel rumah tersebut. Sebelum kemari Do Yun membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dia tidak mungkin datang dengan pakaian yang penuh dengan darah. Do Yun rasanya ingin memutar balik tubuhnya dan kembali ke rumah, tapi itu semua tidak mungkin karena Yerin pasti sudah berada di kantor polisi. Do Yun memberanikan diri untuk memencet bel pintu yang berada di hadapannya. Dia berharap keluarga Baek Jung akan menyambutnya dengan baik. Ting Tong!  Do Yun memencet bel dengan penuh kekhawatiran. Tak ada jawaban maupun sahutan dari dalam. Sekali lagi dia memencet bel di hadapannya, tak berapa terdengar suara seseorang dari dalam, “Iya, iya sebentar, dasar tidak sopan kenapa terus-terusan memencet bel rumah seperti itu,” gumam suara yang bisa Do Yun dengar dengan jelas di telinganya. Brak! Pintu rumah dibuka dengan kasar. Tak ada sambutan manis yang Do Yun dapatkan, seorang wanita paruh baya tengah berdiri di tengah pintu dengan celemek dan wajah datarnya, bisa dibilang dia sedikit galak. Do Yun berjalan mundur, seketika nyalinya menciut, “Cari siapa?” Tanya Baek Jung dengan nada tidak enak. “Anyeonghaseyo,” Do Yun langsung membungkuk dan memberikan salam pada Baek Jung, dia menatap Do Yun dengan heran. Tapi kemudian dia ingat bahwa beberapa saat yang lalu Yerin menghubunginya dari kantor polisi. Dia bilang Baek Jung harus menjaga Do Yun, padahal sebenarnya Baek Jung sempat menolaknya, namun kemudian Yerin kembali mengungkit perkara hutangnya jadi mau tak mau dia menyanggupi permintaan Yerin. “Oh Kau rupanya, kau Do Yun kan?” Tanya Baek Jung. Do Yun mengangguk dengan wajah malu-malu. Telinganya langsung memerah, setiap kali Do Yun merasa malu pasti telinganya langsung memerah. “Anyeonghaseyo, Bibi Jung, apa kabar?” tanya Do Yun dengan suara lirih yang nyaris tak terdengar. Do Yun terus menunduk, dia tak berani menatap Baek Jung. “Baguslah kau datang tepat waktu sekarang kemari,” Baek Jung menarik lengan Do Yun untuk masuk ke dalam rumah. Do Yun hampir saja tersandung karpet jika tidak berhati-hati. Rumah ini terlihat sepi, “Kau tunggu di sini dulu,” pesan Baek Jung, Do Yun hanya mengangguk dengan polosnya. Baek Jung berjalan ke arah dapur lalu mengambil sarung tangan karet dan membawanya ke ruang tengah. Dowoon berdiri dan menatap sekeliling, meski belum terbiasa namun rumah ini sepertinya nyaman untuk ditinggali. “Tidak ada waktu untuk melamun seperti itu, cepat kerjakan ini. Cuci piringnya dan segera bantu aku di warung,” gumam Baek Jung dengan kasar. Dowoon belum sempat duduk atau mendapat segelas air namun Baek Jung sudah memintanya untuk bekerja. Seketika bayangan untuk hidup damai di rumah ini memudar, sepertinya hidup Do yun tak lepas dari neraka, dan ini adalah neraka baru baginya. “Kenapa bengong cepat kerjakan!” Perintah Baek Jung. Do Yun tak berani membantah dia sadar diri bahwa posisinya di sini hanya menumpang, karena itu mau tak mau dia harus tahu diri. Lagian hanya mencuci piring  Do Yun juga terbiasa mencuci piring di rumah. Do Yun melepas tas dan jaketnya dan bermaksud meletakkannya di sofa namun belum sempat kedua benda itu menyentuh sofa Baek Jung kembali bersuara dengan ketus, “Jangan letakkan barang kotormu di sofaku, letakkan di lantai!” Perintah Baek Jung. Do Yun menggigit bibirnya, “Maaf,” gumamnya. Dia menarik tas dan jaketnya lalu meletakkannya di lantai. Do Yun mengambil sarung tangan karet yang jatuh di lantai dan memakainya. DIa langsung berjalan menuju dapur. Do Yun pikir dia hanya harus mencuci satu atau dua piring namun ternyata banyak sekali perabotan yang harus dia cuci. “Jika kau hanya melihatnya seperti itu kapan akan selesai, cepat kerjakan,” perintah Baek Jung. Baek Jung duduk di sofa dan menyilangkan kakinya seperti boss. “Baik, Bibi,” gumam Do Yun. Baek Jung tersenyum lega, sepertinya menerima Do Yun di rumah ini bukan hal yang buruk, lumayan kan dia bisa mendapat pembantu gratis. Terlebih Do Yun terlihat penurut dan mudah dimanfaatkan. “Eomma, aku pulang,” gumam seseorang membuka pintu rumah Baek Jung dengan suaranya nyaring. Baek Jung terlihat sumringah ketika melihat Baek Aeyong masuk ke dalam rumah. Disusul dengan sang ayah, Han Joon Woo, Do Yun menghentikan aktivitas mencucinya dan bersiap memberikan salam pada mereka. “Anak eomma  yang cantik sudah pulang, kau pasti lelah sekali?” gumam Baek Jung memeluk Aeyong dengan penuh kasih sayang. Joon Woo berjalan ke arah dapur dan melihat Do Yun dengan tatapan kaget, “ Anyeonghaseo, paman,” sapa Do Yun dengan sopan sambil menunduk. Joon Woo menatap Baek Jung penuh tanya, “Dia Yoon Do Yun, anaknya Yerin,” jelas Baek Jung sebelum Joon Woo bertanya. “Oh, kenapa kau ada di situ, sini biar paman yang mencuci piring,” gumam Joon Woo tak tega melihat Do Yun mencuci piring. Teganya Baek Jung membiarkan keponakannya mencuci piring padahal dia tamu di sini. “ Do Yun, kau duduk di sofa saja, aku akan menyelesaikannya,” gumam Joon Woo. “Biarkan Do Yun yang mencuci, dia harus tahu diri jika menumpang di sini. Kau tidak perlu membantunya,” gumam Baek Jung dengan kejam. Joon Woo menghela napasnya. “Kau sebaiknya cari kerja sana, dasar suami tidak berguna,” ujar Baek Jung tanpa perasaan. Wajah Han Joon Woo mendadak muram. “Apa paman baik-baik saja?” Tanya Do Yun menatap Han Joon Woo dengan kasihan. Lelaki paruh baya itu tersenyum tipis, “Aku baik-baik saja Do Yun,” gumam Joon Woo agar Do Yun tidak khawatir, “aku akan tetap membantumu mencuci piring. Maaf atas perlakuan kasar istriku, aku harap kau tidak memasukkannya ke dalam hati,” Joon Woo menyunggingkan senyumnya. “Aku juga akan membantumu mencuci piring,” gumam seseorang yang menyembul diantara mereka, dia adalah Aeyong. Gadis itu menyunggingkan senyum pada Do Yun. “Hai, namaku Aeyong,” gumam Aeyong dengan senyum cerah di wajahnya. “Aku Do Yun,” gumam Do Yun dengan wajah malu-malu. “Aeyong apa yang kau lakukan, jangan membantu mereka mencuci piring, nanti tangan kamu kasar. Kamu kan mau menjadi idol, tangan seorang idol tidak boleh kasar, Sayang,” larang Baek Jung sambil menarik tangan Aeyong. “Eomma, aku hanya membantunya mencuci piring, jangan berlebihan tanganku akan baik-baik saja,” tegas Aeyong. “Tapi kan kamu---“ “Jika Eomma seperti ini aku akan membatalkan audisi bulan depan,” ancam Aeyong. Baek Jung akhirnya mengalah. “Baiklah, kau boleh mencuci sedikit saja tapi,” gumam Baek Jung akhirnya mengalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN