Hyunsu kembali menatap Jeyoon dengan tatapan curiga. Mereka baru pertama kali bertemu bagaimana bisa Jeyoon tahu kalau dia membutuhkan pekerjaan. Jika orang lain akan langsung tertarik dengan omongan Jeyoon, tapi tidak bagi Hyunsu. Sekali lagi dia sadar bahwa sekarang dirinya tengah berada di Seoul, sebuah kota besar, tidak menutup kemungkinan banyak penipuan yang terjadi di sini.
“Kau pasti mencurigaiku lagi kan?”
Jeyoon seperti seorang cenayang yang bisa membaca pikiran Hyunsu. Tapi semua itu terlihat jelas di wajah Hyunsu. Anak itu tampak tidak percaya padanya. Jeyoon tidak bermaksud membuat Hyunsu tidak nyaman. Dirinya hanya menawarkan pekerjaan untuk Hyunsu.
“Bagaimana kau tahu aku sedangan mencari pekerjaan,” Hyunsu mencoba untuk bersikap setenang mungkin. Dia mendekap CV yang di tangannya dengan cukup erat.
Jeyoon mengarahkan pandangannya pada CV yang dipegang Hyunsu Dari amplopnya saja Jeyoon bisa menebak kalau isinya pasti surat lamaran dan CV. Amplop tersebut sering dipakai oleh para pencari kerja di Seoul.
“Aku bukan orang yang aneh, aku sejak tadi melihatmu keluar masuk toko , kau ditolak bukan?” Tebak Jeyoon. Tebakan lelaki itu benar. Tak ada satu pun toko yang mau menerima anak yang masih sekolah. Terlebih Hyunsu belum genap tujuh belas tahun, meski kurang beberapa bulan lagi sih.
“Kau menawarkan pekerjaan apa?” Tanya Hyunsu mulai tertarik. Sebenarnya dirinya terpaksa, tapi Hyunsu memang harus segera mencari pekerjaan, apa salahnya sedikit percaya pada Jeyoon meski ini pertama kali dia bertemu dengannya. Jeyoon tersenyum ketika melihat Hyunsu mulai tertarik pada pekerjaan yang dia tawarkan.
“Ikut aku, bukan pekerjaan yang aneh kok,” tukas Jeyoon. Lelaki itu berjalan keluar lorong diikuti oleh Hyunsu di belakangnya. Dalam hatinya Hyunsu berharap bahwa Jeyoon akan memberinya pekerjaan yang baik dan tidak aneh-aneh.
***
Hajoon sudah mengeceknya berkali-kali. Dia mencoba menggali ingatannya. Hajoon benar-benar yakin bahwa dirinya tidak pernah mengunggah video cover di Youtube. Memang beberapa kali Hajoon punya niatan untuk mengunggah video miliknya namun dia selalu mengurungkannya. Dia tidak siap dengan komentar para netizen. Kau tahu sendiri bukan, netizen terkadang melontarkan komentar yang cukup pedas, karena itu Hajoon tak siap untuk membacanya.
Hampir setengah jam Hajoon berada di depan komputer, tangannya tidak punya cukup kekuatan untuk menggulir mouse miliknya ke halaman komentar di bawah Youtube videonya. Hajoon akan menghapus videonya tapi dia benar-benar penasaran komentar apa yang para netizen tulis, Pasalnya dia mendapat lebih dari seribu notifikasi , hapenya saja sempat blank saking banyaknya komentar.
“Oh God, I can’t.”
Tangan Hajoon terus gemetar. Bayangan kata-kata buruk terus berputar di kepalanya. “Bagaimana jika dia berkata aneh-aneh tentangku. Oh My God, kenapa rambutku seperti itu,” Hajoon memprotes dirinya sendiri. Dia baru sadar bahwa rambut gondrongnya terlihat aneh di layar juga kacamata bulat yang bertengger di atas hidungnya. Hajoon menjambak rambutnya sendiri dengan gemas.
Rasa takut dan penasarannya bercampur menjadi satu, namun rasa penasarannya jauh lebih besar, “Ah, terserahlah,” tukas Hajoon tidak peduli lagi. Anak itu menegakkan tubuhnya lalu menggulir mousenya ke arah kolom komentar.
“Oh My God, siapa dia?”
Deg, baru membaca komentar pertama saja jantung Hajoon seakan ingin meledak. Hajoon mencoba menarik napasnya. Dia berusaha untuk mengendalikan pikirannya. Hajoon tidak akan membiarkan ketakutan menyelimuti dirinya.
“Chill out, Hajoon,” gumamnya pada dirinya sendiri.
“Siapa dia kenapa suaranya bagus sekali. Kenapa kau baru muncul sekarang Hajoon!”
“Aku penasaran dia sehari-hari makan apa? Apa dia makan CD? Kenapa suaranya bagus sekali!”
“Jika dia di Korea pasti banyak agensi yang akan berlomba untuk merekrut dirinya.”
“Aku bisa merasakan suara gedoran kencang. Aku pikir ibuku memarahiku lagi karena aku menonton Youtube. Tapi aku tidak masalah jika ibuku memarahiku karena Hajoon. Hajoon suaramu bagus sekali.”
“Hajoon apa kau tidak mau menjadi idol di korea, kau tampan dan suaramu bagus sekali. Ayo pindah ke sini. Aku akan menjadi fans nomer satumu!”
Hajoon menahan napasnya sambil membaca komentar. Rasa bahagia membuncah di dadanya. Dia tidak percaya kolom komentar youtubenya dipenuhi oleh komentar-komentar seperti ini.
“Hajoon, tolong jangan kau hapus video ini. Video ini kuputar berulang-ulang dan aku sangat suka dengan suaramu.”
“Petisi buat Hajoon agar segera merilis album. Aku akan memberikan semua uangku jika Hajoon merilis Album.”
Hajoon sejak tadi mengusap wajahnya sendiri seolah tidak percaya apa yang ada di hadapannya. Dia tidak menyangka banyak orang akan memberikan komentar positif untuknya. Rasanya Hajoon senang sekali.
“Kau gila ya? Kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti itu?”
Suara Ara membuyarkan perayaan bahagia yang sedang Hajoon lakukan. Benar-benar bad timingI. Dengan gerakan cepat Hajoon segera menutup halaman youtubenya. Dia tidak mau Ara melihat video dirinya yang sudah terunggah di youtube.
“Bukan urusanmu. Kamu kenapa ke sini sih, sana pergi deh, ganggu orang lagi main game aja,” tukas Hajoon sambil mengisyaratkan agar Ara pergi dari kamarnya. Namun bukan Ara namanya jika langsung menuruti apa kata Hajoon. Dia senang sekali menggoda Hajoon hingga anak itu marah.
“Kau sedang membuka situ aneh ya? Kenapa aku datang kau langsung menutupnya,” selidik Ara curiga. Hajoon mendelik ke arah sang kakak, “Sembarangan banget kalau ngomong. Apaan sih Kak, orang aku dari tadi main game, cepat keluar sana, aku tidak bisa konsentrasi nih,” gerutu Hajoon yang pura-pura fokus di depan layar. Padahal dalam hatinya dia berharap Ara tidak tahu tentang video youtube miliknya yang kini sedang viral.
Ctak!
Ara menyentil dahi Hajoon, “Main game saja pakai konsentrasi,” celetuk Ara gemas. Hajoon mengaduh kesakitan, rasanya sakit sekali bekas sentilan Ara.
“Sakit tahu,” gerutu Hajoon seperti anak kecil. Ara tidak peduli, “Cepat turun kau belum makan sejak pagi. Ayo makan dulu,” tukas Ara sambil berjalan meninggalkan Hajoon yang kini tengah kesal padanya.
Belum sempat Ara keluar dari ruangan Hajoon, sang adik memanggilnya, “Kak, kau tidak pernah menyentuh komputerku kan?’ tukas Hajoon curiga.
Deg!
Jantung Ara rasanya mau copot ketika Hajoon menanyakan itu, sang adik pasti marah besar jika tahu Ara yang mengunggah videonya ke youtube. Dia sudah melihatnya, video cover Hajoon bahkan trending di sepuluh besar hari ini.
Gadis itu mencoba memasang wajah datar, “Untuk apa aku menyentuh komputermu, aku kan sudah punya sendiri. Cepat turun, makan, kalau gak aku akan telpon mama buat cabut koneksi internet di rumah,” ancam Ara.
“Kejam banget sih Hah! Iya, iya aku turun sebentar lagi” Hajoon kembali fokus pada game di hadapannya.
“Sekarang Hajoon! Bukan nanti,” Ara berteriak membuat Hajoon akhirnya menuruti permintaan sang kakak. Sampai sekarang Hajoon masih penasaran siapa yang mengunggah video cover miliknya, padahal jelas-jelas jawabannya ada di depan matanya.