Ilsung dan Harin

1073 Kata
  “Hya! Kim Ilsung!” Teriak Kim Harin pada adiknya baru kali ini dia merasa kesal dengan sang adik. Punya adik yang polos dan suka membantu orang lain memang merepotkan. Harin tidak keberatan dengan sikap baik Ilsung pada temannya, tapi hari ini dia melihat sendiri sikap baik adiknya sudah melebihi batas. Harusnya Ilsung membiarkan teman-temannya dihukum, tapi Ilsung malah melindungi mereka. Harin dan Ilsung satu sekolah, mereka berbeda satu tingkat. Meski sering bertengkar karena hal kecil, tapi Harin sangat menyayangi Kim Ilsung. Dia tidak akan membiarkan siapapun merendahkan sang adik. “Nuna, tolong jangan marah-marah, teriakanmu membuat kupingku sakit,” gerutu Ilsung sambil meletakkan tasnya dan mengambil air minum di kulkas. “Kau benar-benar bodoh, bagaimana bisa kau menerima hukuman atas perbuatan yang tidak kau lakukan?” Teriak Harin lagi. Rumah dalam keadaan sepi, ayah dan ibu mereka sedang bekerja jadi ini satu-satunya kesempatan bagi Harin untuk memarahi Ilsung. Dia tidak dapat memarahinya di sekolah. Ilsung meminum air putih di tangannya dengan terburu-buru, Harin mengikutinya dari belakang seperti anak anjing. Sebenarnya Ilsung sudah menduga bahwa Harin akan memarahinya, dia sempat melihat Harin saat dihukum dan pandangannya benar-benar kesal. “Kau harus menjauhi gadis itu. Si Hena, Hena itu, dasar perempuan munafik, tunggu saja aku akan membalasnya,” ujar Harin dengan mata berapi-api. Berbeda dengan Ilsung yang lemah lembut dan suka akan kedamaian, Harin tidak seperti itu. Harin sangat tegas. Dia akan mengatakan tidak pada apapun yang tidak dia sukai. “Haena, Nuna,” ujar Ilsung meralat perkataan Harin. Harin menekuk wajahnya, lihatlah adik bodohnya ini, dia masih saja menyukai gadis itu meski selama ini Haena selalu menyakitinya. “Haena baik, aku tidak akan menjauhinya,” gumam Ilsung. Harin tidak dapat menahan dirinya lagi. Dia berjalan mendekati Ilsung dan langsung menoyor kepalanya. “Kau bodoh atau apa? Kenapa kau belum sadar juga? Percuma saja kau juara kelas jika otakmu sebodoh ini,” celetuk Harin. Harin memang seperti itu. Dia blak-blakan dan suka berkata sesukanya, meski terdengar agak kasar namun perkataan Kim Harin benar. Sudah sejak lama dia meminta Ilsung untuk menjauhi Haena, namun Ilsung benar-benar bebal. Rasa sukanya pada gadis itu menutupi fakta bahwa Haena hanya memanfaatkannya. Ilsung selalu menuruti apa kata Haena. Haena selalu menyuruhnya mengerjakan PR, kadang meminta Ilsung untuk membelikannya Corndog dan selalu menempel ke Ilsung saat ada maunya.Gadis itu licik dan Ilsung selalu buta akan kelicikannya. “Aku akan memberinya pelajaran,” gumam Harin dengan pandangan tak terima. Ilsung mencekal tangan Harin dan menggeleng dengan wajah memelas, “ Nuna, jangan lakukan itu, ” gumam Ilsung dengan tatapan memohon. Selain tomboy, Harin juga terkenal sebagai murid yang pandai bela diri, dia memegang sabuk hitam karate sekaligus menjadi atlet karate yang mewakili sekolahnya. Harin cukup terkenal hingga membuat satu sekolah segan padanya. Sebenarnya bukannya segan tapi takut berteman dengan Harin. Padahal Harin tidak pernah berlaku kasar atau berkelahi di sekolah. Hanya saja wajah datar dan pelit senyumnya itu yang membuatnya ditakuti banyak murid. “Kau melindunginya? Dasar menyebalkan,” celetuk Harin. Ilsung menarik napasnya, dia tidak bermaksud menyakiti Harin atau membela Haena, “ Aku tidak ingin Nuna kena masalah di sekolah,” gumam Ilsung dengan wajah polosnya. “Kalau gitu jauhi Haena,” ujar Harin memberikan pilihan pada Ilsung. Ilsung menggeleng. Harin merasa kesal karena Ilsung tetap saja membela gadis licik itu. Ingin sekali Harin menjambak rambut Haena dan membuat gadis itu menjauhi Ilsung, tapi bagaimana dia melakukannya, semua akan lebih mudah jika satu sekolah tahu bahwa Ilsung adalah adiknya. “Kau memilih Haena daripada aku?” ujar Harin mendramatisir keadaan. Ilsung memijat keningnya yang pusing, “Bukan begitu Nuna. Aku yakin Haena gadis yang baik, hanya saja dia masih tersesat sekarang. Bukankah kita tidak boleh meninggalkan seseorang yang tersesat bukan? Aku percaya Haena bisa berubah,” gumam Ilsung sambil menyunggingkan senyumnya. Kadang Harin merasa beruntung sekaligus kesal memiliki adik seperti Ilsung. Ilsung sangat baik dan polos, dia mudah bersimpati dengan orang lain. Bahkan setiap kali berada di dekat Ilsung Haena bisa merasakan aura positif dan nyaman berada di dekat adiknya karena dia sangat baik. Siapapun pasti bisa merasakan itu jika kamu berada di dekat Ilsung. Namun terkadang kebaikan Ilsung disalahgunakan oleh orang lain. Mereka terkadang memanfaatkan Ilsung di balik kata minta tolong dan Harin membenci itu. “Apa kau malu punya kakak sepertiku?” Pertanyaan acak mendadak muncul di kepala Harin. Satu sekolah tidak ada yang tahu bahwa mereka bersaudar, mereka bahkan pura-pura tidak kenal saat berada di sekolah. Semua itu atas permintaan Ilsung. Ilsung meminta pada Harin untuk merahasiakan kalau mereka kakak beradik. Bukannya Ilsung malu punya kakak seperti Harin, tapi Ilsung tidak bisa mendapatkan teman karena Harin. Kau tahu kan image Harin yang sangar dan juga menakutkan, itu membuat orang-orang takut untuk berteman dengan Ilsung karena dia adiknya Kim Harin. Semua ini bukan tanpa alasan. Saat SD Ilsung hampir tidak punya teman, semua itu karena satu sekolah tahu bahwa dia adalah adik dari Kim Harin dan tidak berani berteman dengannya. Alasannya sederhana, jika mereka membuat masalah dengan Ilsung, mereka takut jika Harin akan memberikan mereka pelajaran. “Nuna jangan bicara seperti itu, aku tidak pernah merasa seperti itu,” gumam Ilsung. Entah kenapa hari ini Harin sedikit sensitive, mungkin karena masa datang bulannya akan datang sehingga emosinya meledak-ledak tak terkendali. “Lalu kenapa kau tidak mau mengakui aku ini kakakmu ketika berada di sekolah,” todong Harin, “Kakak juga tahu kan alasannya apa. Selama ini kakak selalu melindungiku, sekali saja aku ingin mandiri tanpa harus kakak lindungi. Aku ini cowok, bukannya seharusnya aku yang melindungi Nuna,” gumam Ilsung dengan tatapan sedih. Tanpa Harin tahu Ilsung sebenarnya sangat bangga padanya. Ilsung benar-benar tak ada maksud begitu, suatu hari di saat yang tepat dia akan menunjukkan kedekatan mereka di sekolah tapi tidak sekarang. “Maafkan aku, Nuna,”  gumam Ilsung merasa bersalah. Harusnya Harin tidak berlebihan, mereka pernah membahasnya tentang ini, rasanya Harin kangen bisa memiting Ilsung dengan bebas di sekolah dan terkadang meminta bekal sang adik meski dia sudah punya sendiri. “Sudahlah lupakan, mungkin aku yang terlalu sensitif,” gumam Harin lalu berjalan menuju kamarnya. “Nuna, apa kau mau nasi goreng kimchi?” tawar Ilsung begitu Harin sudah berada di dalam kamar dan menutup pintu. “Jangan coba-coba menyentuh dapur, lebih baik delivery saja,” sungut Harin sambil meletakkannya tasnya di meja. Terakhir kali memasak Harin baru tahu bahwa Ilsung punya bakat membuat makanan yang di masaknya asin. Entah berapa banyak garam yang dia masukkan, yang jelas saat ini Harin tidak mau makan masakan Ilsung.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN