“Sini kamu!” Jasman melambai saat melihat Alula turun dari sepeda motor. Pria itu sudah lama berada di panti menunggu kedatangan Alula. Ia duduk di teras rumah Jannah. “Sudah saya prediksi kamu akan ke sini setelah diusir dari kos-kosan,” imbuh Jasman. Alula tersenyum masam. Jasman bicara seperti itu berarti tahu ia diusir dari kos-kosan dan tidak ada raut kasihan dalam diri pria itu pada Alula. “Pak, bisa dibicarakan baik-baik.” Jannah yang keluar dari rumahnya, menengahi. “Mari, bicara di dalam saja untuk menghindari huru-hara. Nggak enak dilihat orang kalau di luar.” “Ikut saya ke dalam!” Jasman meminta sang putri masuk ke rumah Jannah. Alula mengangguk sambil memilin tali ranselnya. Gugup. Alula duduk di sebelah Jannah. Sementara Jasman menatap anaknya tajam. “Pokoknya kamu haru