Sultan merasa bersalah kepada istrinya. Tapi mau bagaimana lagi. Kerjaan memang sudah menuntutnya. Natalia ngambek sama papanya karena lagi-lagi papa nya lah yang mengganggu mereka.
Siang ini, Natalia mendatangi Sultan. Ia membawakan bekal makan siang untuk suaminya.
"Natalia, kau kemari?" Tanya pak Komar yang tak sengaja melihat Natalia di depan ruangan Sultan. Natalia sok cuek. Ia tak memperdulikan pertanyaan sang papa.
"Kamu masih marah sama, Papa?" Tanyanya.
"Menurut, Papa?"
"Papa, minta maaf, sayang. Papa kan tidak tahu kalau kalian...itu...apa...eh...."
"Ah, papa kaya nggak pernah muda aja. Aku sama Sultan mau pindah ke apartement aja, Pa." Pak Komar melotot.
"Kenapa?"
"Karena papa ganggu mulu, sebel aku." Natalia langsung masuk ke dalam ruangan Sultan. Pak Komar tertegun. Anak gadisnya sekarang tak membutuhkannya lagi.
Dengan lesu ia masuk ke dalam ruangannya sendiri.
Seharian ini pak Komar diam saja. Tak b*******h sama sekali untuk bekerja. Bahkan saat meeting saja, pak Komar selalu membuat kesalahan. Untung ada Sultan yang bisa membantu presentasi. Hingga meeting berjalan lancar.
Selesai meeting, saat semua karyawan lain sudah keluar dari ruangan meeting. Sultan mendekat ke arah sang mertua. Sultan duduk di sampingnya.
"Pa, ada apa?" Tanya Sultan khawatir. Pak Komar menatap Sultan, lalu menunduk lagi.
"Tidak apa-apa."
"Pa, papa tidak bisa membohongi Sultan."
Akhirnya pak Komar menyerah. Ia cerita juga akhirnya.
Sultan merasa tak enak hati. Karena dirinya Natalia dan sang papa jadi bertengkar. Sultan memang laki-laki bodoh.
"Maafkan, Sultan, Pa."
"Kenapa kamu yang minta maaf?"
"Ya, karena ini semua salah Sultan, Pa."
"Maksudnya?" Sultan bingung harus menjelaskan bagaimana. Tapi, tetap ini harus menjadi rahasia. Karena mereka sudah berumah tangga.
"Sudah, papa jangan pikirkan. Nanti Natalia pasti minta maaf sama papa. Sultan akan nasehati Natalia perlahan. Ya, Pa." Pak Komar mengangguk dan menepuk pundak Sultan.
"Terima kasih, Sultan."
"Sama-sama, Pa." Mereka pun keluar dari ruang meeting. Dan masuk ke dalam ruangan masing-masing.
Sultan menelpon Natalia.
"Nat, aku pulang kerja langsung ke cafe, ya."
Sultan mematikan sambungan telepon. Sultan bertekat. Malam ini harus berhasil. Kasihan Natalia dan juga pak Komar. Karena menjadi korban keegoisannya.
Sultan memarkir motornya dan langsung masuk ke dalam cafe. Ia melihat Natalia uang sedang melayani tamu. Sore ini cafe sangat ramai, sepertinya sedang ada acara. Sampai satu cafe penuh. Natalia nampak sibuk membantu waiters.
Sultan akhirnya ikut turun tangan. Ia membuat kopi pesanan pelanggan. Natalia melihat Sultan yang sedang meracik kopi. Ia tersenyum senang melihat suaminya dengan cekatan membantu pekerjaannya.
"Coffee latte." Natalia menghampiri Sultan dan mengambil pesanan. Sultan tersenyum manis kepada Natalia. "cepat antar." Natalia mengangguk dan mengantarkan pesanan. Hampir satu jam mereka tak berhenti bekerja. Hingga semua pesanan tersaji. Barulah Sultan dan Natalia bisa istirahat sejenak. Natalia mengajak Sultan masuk ke dalam ruang kerjanya. Mereka duduk di sofa dan mengatur nafas karena terlalu lelah.
Sultan menarik tubuh Natalia agar mendekat ke arahnya. Sultan, memeluk pinggang dan menyenderkan kepalanya di pundak Natalia.
"Capek ya?" Tanya Natalia. Sultan hanya mengangguk. Natalia mengusap rambut Sultan dengan sayang. Sultan menghadap Natalia hingga wajah mereka bertemu dan sangat dekat. Sultan mendekatkan wajahnya dan Natalia memejamkan matanya.
Sultan mencium bibir Natalia dan melumatnya perlahan. Sultan melepas ciumannya dan menatap Natalia.
"Maafkan aku ya."
"Untuk apa?"
"Karena, kamu masih perawan sampai saat ini." Wajah Natalia memerah karena malu. Sultan menghela nafasnya. Ia mengusap wajah Natalia.
"Nat, malam ini kita coba lagi ya." Natalia terperangah. Ia tak harus memaksa Sultan? Kali ini Sultan yang meminta sendiri? Mimpikah?
"Nat?"
"Eh...iya, iya kita coba malam ini sampai berhasil ya." Sultan tersenyum malu dan mengangguk. Natalia memeluk Sultan dengan sayang.
Mereka turun dari mobil. Motor Sultan ia taruh di cafe. Karena Natalia tak mau pulang sendirian. Dan Sultan tak tega jika Natalia harus naik motor bersamanya. Jadilah Sultan mengalah dan membawa mobil Natalia untuk pulang.
Saat Natalia hendak membuka pintu rumah. Sultan menarik lengannya.
"Ada apa?" Tanya Natalia.
"Saat masuk ke dalam rumah dan bertemu papa. Aku mau kamu minta maaf sama papa." Natalia diam. "Natalia."
"Tapi...."
"Aku nggak mau sentuh kamu, kalau kamu masih ada amarah di sini." Sultan menunjuk d**a Natalia. Natalia menggigit bibir bawahnya. Menahan air matanya.
"Iya, aku akan minta maaf." Sultan tersenyum dan mengusap rambut Natalia.
"Istri pintar," puji Sultan. Natalia hendak membuka pintu lagi. Tapi Sultan lagi-lagi mencegahnya.
"Apa lagi?" Sultan tersenyum sebelum mencium bibir Natalia. Natalia melotot. Sultan mencium dirinya di depan pintu rumahnya!
Sultan melepas ciumannya dan langsung masuk ke dalam rumah.
Seperti janjinya pada Sultan. Saat ia masuk dan melihat sang papa sedang menonton Tv. Natalia langsung memeluk sang papa dan meminta maaf di sana. Mama Amalia sampai bengong melihat anaknya mendadak melo drama.
Natalia meminta maaf sembari terisak dalam pelukan sang papa. Sultan hanya bediri sembari melihat istrinya yang menangis sesegukan. Pak Komar melihat Sultan dan mengacungkan jempolnya. Sultan tersenyum.
"Aku, masuk kamar dulu ya." Sultan mohon pamit dan masuk ke kamar.
Sultan melepas dasi dan kemejanya. Ia lelah seharian bekerja di kantor dan membantu di cafe. Tubuhnya butuh yang dingin. Ia berjalan ke arah kamar mandi dan mengguyur tubuhnya. Rasanya sangat nyaman dan membuat tubuhnya rileks.
Lumayan lama Sultan di dalam kamar mandi. Ia keluar sembari mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Sultan tersentak saat melihat Natalia sudah ada di hadapannya dengan senyum manis.
"Nat, sudah selesai dengan papa?" Tanyanya. Natalia tak menjawab. Ia justru memeluk tubuh basah Sultan. "Aku, basah, Nat." Dan Natalia tak peduli. Ia tetap memeluk suaminya dengan erat. Sultan pun akhirnya balas memeluk tubuh Natalia.
"Kita jadikan malam ini?" Tanya Natalia. Sultan mengangguk. Karena ia sudah berjanji. Artinya Sultan harus menepati.