BAB 14

1071 Kata
Sultan meminta Natalia untuk membersihkan dirinya. Karena seharian ini kan Natalia di cafe. Pasti Natalia juga lelah. Natalia mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sultan menunggu Natalia di dalam kamar. Ia duduk dengan resah di sana.   Ia meraih ponselnya. Mencoba berselancar di dunia maya. Mencoba mencaritahu apa yang harus ia lakukan nanti. Ia tak mau terlihat amatir. Malu. Tapi, saat apa yang ia cari muncul, Sultan malah membuang ponselnya. Ia tak sanggup melihat dan membacanya. Dosa!   Akhirnya Sultan hanya bisa pasrah saja. Ia yakin, bahwa setiap laki-laki pasti memiliki insting untuk bercinta. Ya... Sultan yakin itu. Kamarin saja, Sultan bisa kok. Malam ini pasti jebol. Bismillah ajalah. Ia melihat jam dinding. Sudah pukul 11 malam. Kira-kira jam 3 udah bisa jebol belum ya? Ragu juga Sultan.   Sedang berfikir begitu, Natalia keluar dari dalam kamar mandi. Jantung Sultan langsung berpacu kencang. Sialan! Baru lihat Natalia saja sudah begini. Bagaimana cara melakukannya?   Sultan berkali-kali menelan salivanya saat melihat Natalia yang hanya pakai handuk saja. Natalia menatap Sultan bingung. Ia mendekat dan berdiri tepat di hadapan Sultan. Mata Sultan langsung tertuju pada belahan d**a Natalia. Natalia tersenyum. "Kenapa? Udah nggak sabar ya?" Tanya Natalia. Sultan tersentak dan langsung mundur perlahan. Namun di tahan oleh Natalia.   "Jangan mundur lagi, Sultan. Kalau kamu mundur terus, kita nggak akan bisa bercinta nanti," jelas Natalia. Sultan diam. Natalia mengusap d**a bidang Sultan. Sumpah, Natalia tak sanggup lebih lama membiarkan tubuh Sultan yang seksi ini. Ia ingin cepat mengecup dan menjilati semuanya. Tapi Natalia harus tahan, ia tak boleh agresif. Lagipula Natalia belum pakai wewangian apapun. Ia tak mau di anggap bau apalagi asem. Ogah!   "Tunggu ya sayang, aku pakai parfum dulu, dan pakai baju. Hehehe." Begitu Natalia balik badan. Entah dapat keberanian darimana. Sultan menarik lengan Natalia dan langsung memeluknya. Natalia terpekik.   "Su-Sultan?" "Ssttt... Biarkan aku berusaha sendiri, Nat. Aku adalah suamimu, biarkan aku bermain dengan insting ku." Natalia tersenyum senang. Ia membalas pelukan suaminya. Mencoba memberikan kesempatan pada Sultan untuk mengeksplorasi tubuhnya. Natalia juga penasaran apakah Sultan bisa melakukannya tanpa bantuan Natalia.   Sultan mulai mengecupi leher Natalia. Natalia memejamkan matanya. Mencoba meresapi rasa yang ada. Ciuman itu terus turun hingga ke bahu dan d**a. Sultan terus berulang-ulang menciumi bagian itu. Semakin lama, gairahnya semakin memuncak. Miliknya membesar di dalam handuk.   Sultan menarik perlahan handuk Natalia hingga jatuh di bawah kakinya. Natalia hanya diam, benar-benar membiarkan suaminya bekerja sendiri. Sultan, menatap kedua buah d**a Natalia. Ia meremasnya perlahan. Sultan menggigit bibir bawahnya karena senang dengan rasa yang ada di tangannya.   Sultan sudah di penuhi gairah. Ia lupa apa itu malu, ia lupa apa itu amatir. Ia melakukannya sesuai dengan instingnya. Natalia terpana dan terbakar gairahnya saat Sultan mulai mengecupi puncak dadanya.   Natalia mendesah dan mencengkram bahu Sultan. Ia tak bisa mengendalikan rasa nikmat itu. Benar-benar terasa melayang. Natalia mendesah semakin kuat, saat Sultan menghisap keduanya secara bergantian. Natalia sudah lupa bahwa suaminya amatir. Natalia tak sanggup berkata-kata lagi. Ia hanya menikmati semua prosesnya. Proses yang sungguh nikmat.   Sultan merebahkan Natalia di atas ranjang. Masih belum puas dengan kedua d**a Natalia. Ia terus bermain di sana. Natalia menjambak rambut Sultan karena tak kuasa menahan rasa nikmat lebih lama lagi.   Ciuman Sultan pun turun ke perutnya. Jemarinya masih setia di d**a Natalia. Meremasnya dan memelintir putingnya. Sultan menjilati semua yang ia lewati. Dan berhenti tepat di atas pusar. Sultan menciumi dan menjilatinya. Natalia melotot karena rasa geli yang timbul.   "Sultan, geli...ah...." Sultan tak peduli dengan teriakan Natalia. Ia hanya fokus pada hidangannya. Sultan semakin ke bawah. Ia terpesona melihat bagian paling intim milik Natalia. Sultan sampai menahan nafas. Tapi ia harus melakukannya. Lupakan rasa malumu Sultan. Ini hak dan kewajiban mu.   Sultan mengusap nya. Natalia langsung bangun melihat Sultan. "Sultan...." Desah Natalia. Sultan melirik sekilas Natalia yang sudah berkeringat. Rambut acak-acakan. Dan sialnya, itu membuat Sultan semakin b*******h. Ia lupa kalau barusan sempat malu. Sultan langsung melahap bagian intim Natalia. Membuat Natalia hampir mendorong tubuh Sultan karena kaget.   "Sultaaaaannn!!" Teriaknya. Sultan sudah tak peduli lagi. Ia terhipnotis gairahnya sendiri. Seakan itu bukan Sultan yang Natalia kenal. Sultan begitu agresif dan buas. Menjilati, bahkan mengoreknya di sana. Tubuh Natalia terguncang hebat saat merasakan sesuatu yang akan keluar dari dalam dirinya.   Ia membekap mulutnya sendiri saat lendir kenikmatan nya keluar. Ia melihat Sultan yang masih asik menjilati miliknya tanpa rasa jijik sama sekali. Natalia terpana. Benar-benar terpana.   Sultan bangun dan menatap Natalia. Sorot mata Sultan di penuhi gairah. Kini, Natalia yang merasa takut. Sultan, meminta jemari Natalia untuk menyentuh miliknya yang semakin keras dan bahkan berkedut. Cairan bening terlihat jelas di sana. Menandakan bahwa gairah Sultan benar-benar sudah berada di puncak.   Sultan melepas pegangan Natalia. Ia menarik kedua kaki Natalia dan di angkatnya ke atas. Ia menaruh bantal di punggung Natalia. Natalia seperti orang bodoh yang mengikuti semua perintahnya.   Sultan memposisikan dirinya. Natalia melotot. Kemarin Natalia dengan senang hati membuka miliknya. Tapi kini, Natalia mulai takut akan rasa sakit yang di timbulkan. Karena melihat junior Sultan yang sangat besar dan panjang itu. Natalia menelan salivanya mencoba menguatkan diri dan meyakinkan dirinya kalau semuanya akan baik-baik saja. Dan ini yang ia mau selama ini. Lepas perawan.   Sultan menggesek-gesek miliknya membuat Natalia melenguh. Hingga di rasa cukup licin. Sultan mencoba memasukkan kepala junior ke dalam. Perlahan-lahan namun pasti. Natalia melotot. Ia mulai merasakan sakit dan perih. Tapi coba ia tahan. Semakin lama rasa perih itu semakin nyata. Natalia menggigit bibir bawahnya. Sultan tak melihat wajah Natalia yang mulai panik dan pucat. Ia terlalu fokus pada penetrasi nya.   Sultan gemas karena miliknya kesulitan menjebol milik Natalia. Sultan akhirnya menambah kekuatannya. Ia mendorong lebih kencang lagi. Natalia mencengkram pundak Sultan dengan kuku-kukunya. Sultan tak merasakan perih di pundaknya. Ia benar-benar fokus untuk menjebol Natalia.   Sultan mendorong pinggul nya dengan keras dan seketika Natalia menjerit hebat. Sultan kaget. Lebih kaget lagi saat ia melihat darah segar keluar dari sela-sela milik Natalia. Sultan panik. Ia langsung melepas miliknya dan terfokus pada Natalia yang menangis menahan sakit.   "Nat, maafkan aku, aku...aku...." Sultan kebingungannya. Di saat ia merasakan kenikmatan. Justru itu awal kesakitan bagi Natalia. Sultan sudah melupakan rasa nikmat itu. Ia tak tega melihat Natalia menderita. Wajahnya pucat. Terlihat sekali kesakitan.   Sultan menciumi wajah Natalia dan terus meminta maaf. Natalia hanya diam. Ia sendiri tak tahu kenapa seperti ini. Padahal ini yang ia mau. Lepas perawan. Tapi Natalia tidak tahu jika rasanya akan sesakit ini. Miliknya berkedut dan terasa sangat sakit dan pedih. Sultan memeluk Natalia yang tak bersuara. Ia merasa sangat bersalah. Ia benar-benar amatir payah.          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN