Jeje menghentikan gerakan tangannya di udara. Ia menatap si kecil yang sudah terlelap dalam boks bayi. Kasihan, hanya itu kata yang mewakili diri putranya dengan Damian. "Jagoan Mamah. Hidup kita kasihan banget ya." mata Jeje mulai berkaca-kaca. Setiap melihat anaknya, ia jadi ingat harus melahirkan sang putra tanpa Damian. Anak itu benar-benar kejam, meninggalkan seorang putra yang begitu mirip dengan laki-laki itu. Jeje kan jadi nggak bisa move on dari Damian. "Hiks, kamu juga jahat. Kenapa harus foto-copy wajah papah kamu, Nak?! Mamah kan tambah ngenes jadinya. Udah ditinggalin, terus disuruh kebayang mulu gitu?!" Jihan yang sedari tadi memperhatikan sang Kakak menggelengkan kepala. Kakaknya sudah gila, batin pemuda yang saat ini berada di semester dua perkuliahan. Sempat hampir bun