Indi menatap Hilbram dan mengangguk. Hilbram pun duduk di kursi kosong yang dipersiapkan Gema. Indi duduk di sampingnya. "Sebentar saja. Aku juga harus pulang cepat," Indi berbohong. Ia hanya tidak ingin membuat Hilbram tidak nyaman. "Aku kenal Hilbram dari kak Arfa," jelas Indi agar tidak canggung. "Oh.. Kenal Kak Arfa dimana?" tanya Anin mencoba mengobrol. "Teman kuliah. Sama sama anak hukum," jawabnya. "Ada empat anak hukum di sini berarti," ucap Gema. "Indi, Runa, Hilbram dan aku.." Gema tertawa sendiri. "Kamu tuh semacam bunglon. Bisa hukum, bisa psikolog," Jani tergelak. Indi lalu menoleh ke arah Hilbram, "Gema ini psikolog dia ambil spesialisasi forensik." "Oh.. I see.." Hilbram tersenyum. "Ada saudaraku juga kerja di forensik." "Siapa?" Gema langsung tegang. "J

