Ch-13 Cemburu

1145 Kata
"Jangan-jangan kamu belum pernah melakukannya???" Tanyanya, kemudian perlahan-lahan bangkit dari atas tubuhnya. "Apa sebenarnya yang kamu pikirkan? Dasar m***m!" Mengambil handuk segera menutupi seluruh tubuhnya. Verlona berjalan melalui Daniel turun ke lantai bawah dengan selembar handuk. Daniel mengikutinya dengan selembar handuk juga yang diikatkan pada pinggangnya. Erlando Eldana sudah berdiri di lantai bawah menatap ke arah mereka berdua. "Apa yang kalian lakukan! mandi bersama-sama???" Erlando menatapnya dengan tatapan mata penuh dengan amarah. Verlona tidak perduli dia segera masuk ke dalam kamarnya mengacuhkan mereka berdua. Daniel masuk ke dalam kamarnya sendiri dan mulai memakai pakaiannya kembali. "Seharian bersama dengan Erlando tapi tetap tidak terjadi apa-apa??" Bisiknya pelan. Verlona menangis di dalam kamarnya, dia tidak percaya jika pria yang dijodohkan dengannya hampir merenggut kesucian yang selama ini telah dijaganya mati-matian. "Aku bahkan tidak bisa mempercayainya, dia tetap saja seorang pria yang normal. Tapi dia terlihat lebih menakutkan dari sisi seriusnya. Dia lebih mengerikan dari kakak angkatku!" Gerutu Lona di dalam kamarnya. Erlando Eldana mengetuk pintu kamar Verlona. "Lona, keluarlah! kakak ingin bicara sebentar." Gadis itu tidak menjawab dia hanya membenamkan wajahnya di atas bantal. "Dia tidak ingin bicara denganmu!" Mendorong tubuh Erlando keluar dari dalam rumahnya lalu mengunci pintunya. "Woooooiiiiii! Buka pintunya! braaakkkk! braaak!" Erlando Eldana berteriak tanpa henti sambil menggebrak pintu rumah Daniel. Daniel memiliki kunci cadangan kamar Verlona, dia masuk ke dalam kamar Verlona lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Gadis itu masih membenamkan wajahnya di atas bantal. "Lona? maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk melakukannya." Jelasnya sambil mencium kepala adik sepupunya itu. Verlona gemetar, tubuhnya mengginggil ketakutan. Teringat jelas bagaimana cara Daniel merenggut seluruh pakaiannya lalu melemparkan ke atas lantai di bawah kakinya. "Lona..." Daniel menggenggam lengannya. Verlona segera bangkit duduk dan melepaskan tangan kakak sepupunya itu dari lengannya. Gadis itu masih tidak ingin melihat wajah sepupunya, dia masih tetap tidak percaya dengan barusan yang dilakukan oleh pria itu. "Jika kakak tidak bermaksud melakukannya, kenapa tadi seperti itu?" "Aku marah! kamu sepanjang hari bersamanya! dan aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku." Jelasnya pada Verlona. "Aku memang sepanjang waktu bersamanya, tapi dia tidak pernah menyentuhku. Dia mungkin menciumku tapi dia tidak pernah membuatku menjadi wanita yang bisa dengan mudah ditidurinya." "Dia memang bersamaku, tapi dia hanya menahanku untuk tidak pergi ke sisimu...." Jelasnya sambil menatap kosong ke arah pintu kamarnya. "Maafkan aku kak Daniel, sebenarnya aku sudah membatalkan perjodohan kita." Ucapan gadis itu membuat wajah kakak sepupunya berubah pucat dalam sekejap. Hatinya tiba-tiba terasa hancur lebur tanpa sisa. Rasanya sangat sakit, lebih sakit dari pisau yang menerjang menusuk ke ulu hatinya. "Kenapa? Kenapa kamu melakukannya??" Tanyanya sambil meremas kedua bahu adik sepupunya. "Aku baru saja tahu, bahwa aku tidak mencintaimu. Aku sudah jatuh cinta pada pria lain." Verlona sengaja menarik kedua ujung bibirnya mencoba untuk tersenyum. Gadis itu dengan sengaja menutup dirinya dengan tabir kebohongan. Dia tidak ingin mencintai kakak sepupunya itu lebih jauh. Dia tidak ingin dipandang rendah untuk kedua kalinya. Masih sangat jelas bagaimana wajah pria itu yang memandangnya dengan rasa jijik. Masih terasa ngilu hatinya ketika melihat pria yang dicintainya sengaja mengabaikannya hanya karena pemikiran pribadinya. "Aku sangat mencintaimu!" Merengkuhnya dalam pelukan hangat tanpa ingin melepaskan lagi. "Aku juga mencintaimu.. aku lebih mencintaimu." Ungkapnya di dalam hati kecilnya. Verlona melepaskan pelukan Daniel. Masih tersenyum menatap wajah sedih di depannya. "Kak, aku ingin tidur, biarkan aku sendiri." Verlona berjalan menuju pintu membukakan untuknya. Melihat itu Daniel tidak segera keluar, pria itu malah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Verlona. Daniel menutup kedua matanya, perlahan-lahan butiran bening merembes dari celah-celah bulu mata pria itu. Verlona masih berdiri di ambang pintu, dia tidak tahan melihat air mata pria yang dia cintai terus menerus mengalir. Gadis itu berlari menuju ke lantai atas dia berdiri menatap langit yang semakin gelap. Daniel berjalan ke arahnya, pria itu memeluk pinggangnya dari belakang. Sejenak nafas Verlona tertahan. Dadanya berdegup kencang. Pria yang selalu tampil jenaka dan kekanakan tiba-tiba tampil agresif, menyentuh tubuhnya sesuka hatinya. Verlona mencoba melepaskan tangan Daniel dari pinggangnya, namun pria itu malah meletakkan dagunya di bahu kanannya. "Kak? jangan begini.." Verlona menjauhkan wajahnya, karena Daniel menciumi pipi kanannya tanpa henti membuat suhu tubuh gadis itu meningkat tiba-tiba. Daniel menarik tubuh Verlona dan mengulum bibir gadis itu dengan lembut. Verlona meremas lengan Daniel. Beberapa menit kemudian dia melepaskannya. "Aku tidak ingin kamu pergi dari sisiku." Daniel mengangkat dagu Verlona agar menengadah menatap wajahnya. Kembali menciumi bibirnya. "Tidak!" Verlona menahan tangannya saat hendak membuka kancing bajunya. "Kenapa?" Bisiknya masih dengan nafas tidak teratur di telinga Verlona. "Aku bukan milikmu." Gadis itu berlalu dari hadapan Daniel, dan duduk di ruang tengah. "Apakah cintaku tidak cukup untuk membuatmu menjadi milikku?" Ujar Daniel, pria itu sudah berdiri di bawah tangga menatap wajah Verlona. Verlona memutar cangkir kopi di atas meja makan. Dia menopang dagunya dengan telapak tangan kanannya. "Tidak semudah itu, jika kamu menikahiku. Barulah kamu bisa bilang aku adalah milikmu." "Tapi sayangnya aku berubah pikiran, aku sudah tidak mencintaimu lagi!" Ujarnya tegas tanpa belas kasihan. "Apa kamu bilang barusan?? kamu tidak mencintaiku lagi setelah kamu mengambil keperjakaan bibirku! bahkan kamu sudah melihat seluruh tubuhku tanpa sehelai pakaian! lalu seenaknya bilang kamu tidak mencintaiku!!!??" Teriaknya sambil berkacak pinggang di depan Verlona. "Astaga! soal tubuhmu aku sama sekali tidak melihatnya! dan ciuman! ciuman itu..!" Verlona memijit pelipisnya dengan gemas. Daniel mengambil kursi dan duduk di seberang meja di depannya. Pria itu mengambil kopi di depan Verlona menghabiskan sekali teguk. "Itu kopiku! aku belum meminumnya sama sekali! kamu menghabiskannya!" Teriaknya sambil melemparkan bantal dari belakang punggungnya ke wajah sepupunya. Daniel menangkap bantal lalu memeluknya erat. "Dasar senewen!" Celetuk gadis itu merasa kesal. "Apa kamu bilang? pria tampan, cerdas sepertiku kamu bilang senewen???" "Kakak sepupuku, aku sama sekali tidak pernah melihat tubuhmu itu. Dan ciuman itu kamu yang memulainya sendiri." Daniel tampak tidak mau mendengarkan ucapan Verlona. Verlona mulai gemas karena kakaknya itu mengabaikannya. "Kamu sudah mengambil semua milikku lalu kamu ingin membuangku??? kamu gadis yang sangat kejam!" Ujarnya sambil memukul meja dengan kepalan tangannya. "Kakak.. aku tidak mengerti maksudmu." Verlona kebingungan dan tidak tahu harus bicara apa lagi pada pria itu. "Aku tidak membuangmu, aku hanya tidak mencintaimu lagi." "Itu sama artinya dengan membuangku! kamu tahu selama ini aku tidak pernah berpacaran? dan tubuhku ini masih suci seratus persen!? kamu menyentuhku, memelukku sesukamu! kamu bahkan mengatakan di seluruh kampus bahwa kita pacaran! braaakkk!" Cerocosnya tanpa henti, kemudian menggebrak meja. Verlona terlonjak kaget sambil memegangi dadanya. "Astaga! bagaimana mungkin aku seperti itu??" Verlona tidak terima dikatai seperti penghancur hidup sepupunya itu. "Kamu masih berkelit??! Bukankah kamu dengan sengaja mengatakan bahwa aku adalah pacarmu?!" Menuding wajah adik sepupunya dengan jari telunjuknya. "Itu, aku memang benar melakukannya, tapi itu kan tidak serius." Kilah Verlona dengan seribu alasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN