Mobil Aric memasuki gerbang sebuah rumah yang terlihat mewah. Rumput hijau terlihat begitu luas di sekitar kami. Ada banyak tanaman merambat tinggi di dinding pemisah rumah ini dengan rumah sebelah. Bunga mawar merah berjejer memamerkan keindahannya di sisi kanan dan kiri jalan yang kami lewati. “Ini rumah siapa, Ric?” tanyaku memandang takjub rumah di hadapanku kemudian menoleh ke arah Aric. Ia hanya melirikku sekilas tanpa menjawab pertanyaanku. Seperti alarm, tiba-tiba otakku memperingatkanku untuk waspada. Seketika tubuhku kaku. Keringat dingin pun mulai keluar dari pori-pori kulit. Apa hidupku akan berakhir di rumah ini? Revan, rampok aku aja! Mobil Aric berhenti. “Tenang, ini rumah Pinka,” ucap Aric yang membuatku menoleh ke arahnya. Ia tersenyum tengil ke ara