“Aric tuh masih suka sama gue, tau!” Suara itu membuatku menoleh ke arah meja di seberang kananku, di mana segerombolan mahasiswi tengah asik menikmati makanan sembari mengobrol. Di antara mereka, terdapat satu orang yang kukenal. Kak Asita, mantannya Aric. Cewek berambut panjang dan berwajah ayu itu terlihat sedang tertawa, menertawakan lelucon salah satu temannya tentang Aric. “Lo setia banget, sih. Padahal lo udah diputusin di depan umum kayak gitu,” kata salah satu temannya. “Namanya juga cinta,” sahut Kak Asita tersenyum malu-malu. “Gara-gara Pinka, tuh! Gue sebel banget sama tuh cewek. Bisa-bisanya Aric lebih milih Pinka daripada lo,” timpal cewek berkacamata yang duduk di depan Kak Asita. “Cantikan lo ke mana-mana padahal,” sahut temannya yang lain.