"Maaf, Ra, agak lama." Zahra hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Sulit untuknya berkata tidak apa-apa setelah ia melihat Khavi mengambil "barangnya" yang tertinggal tadi. Zahra tahu Khavi mencintai Vanya dan tidak mencintai dirinya, tapi kenapa melihat kemesraan di antara mereka hatinya sangat sakit. Baru saja semalam ia bisa tersenyum karena bisa sedikit bersentuhan dengan Khavi, pagi ini ia seolah kembali pada kenyataan. "Kamu nanti pulangnya bagaimana?" tanya Khavi. Jam pulang antara dirinya dan Zahra tidak mungkin sama. "Aku naik taksi aja nanti, sekalian aku pamit mau ke rumah Umi." "Ya sudah kalau begitu." Setelahnya mereka saling diam, suasana hati Zahra tidak sebaik saat bangun tidur tadi pagi. Zahra menghembuskan napas berat begitu turun dari mobil Khavi, ia tidak bole

