“Makasih, baby. Kamu sangat hebat. Aku menyukaimu.” Bisik Kemo. Intan mulai mengatupkan bibir, sedikit tersenyum dengan pujian itu. Menoleh, menatap wajah lelaki yang memang seumuran ayahnya. “Baby, kamu udah lulus sekolah, kan?” Intan geleng kepala. “Baru selesai ujian, om. Aku masih nunggu pengumuman. Walau udah mulai daftar di universitas.” “Nikah sama om ya,” pinta Kemo untuk yang entah keberapa. Intan kembali tersenyum, lalu geleng kepala. “Aku nggak mau nyakiti tante Fatma, om. Tante Fatma dan mama kan teman baik, gimana kalau tante Fatma tau aku jadi istri keduanya om. Pasti aku bakalan dimaki habis.” Intan mempoutkan bibir yang terlapisi lipstik merah. “Kita diam-diam aja nikahnya. Jan sampai ada yang tau.” “Enggak, om. aku juga masih mau kuliah dulu, masih pen cari pengala