Satu bulan berlalu. Mobil sport Sultan berhenti tepat dibasemen apartemen miliknya. Detik kemudian, kedua pintu terbuka, dua orang keluar dari sana ; Sultan dan Marisa. Saling lempar pandang, kembali berjalan memasuki lift dengan tujuan lantai enam. Menit berlalu, keduanya keluar saat pintu terbuka. Marisa hanya mengekor, menunggu Sultan menekan beberapa angka, lalu masuk kedalam kamar yang tentu nggak sederhana. Seorang wanita yang memakai pakaian serba putih tersenyum, membungkukkan sedikit badan dengan nampan ditangan. “Mau ngasih makan siang?” tanya Sultan basa-basi. “Iya, tuan. Tapi ... tadi pagi pun, nona Intan hanya makan buah pir saja. Nafsu makannya benar-benar buruk.” Tutur suster yang ia sewa untuk menjaga Intan. Sultan menaikkan satu alis, melipat kedua tangan didepan dada