Sesampainya di rumah, keduanya langsung mandi air hangat. Yuna segera naik keatas kasur, meringkuk memeluk guling dengan selimut tebal yang membungkus tubuh sampai leher. Tak begitu lama, Pangeran masuk dengan nampan yang ada teh hangat diatasnya. “Aku bawain teh hangat, ay. Ini, diminum dulu.” Meletakkannya diatas meja, lalu duduk ditepi kasur sambil memegang gelas. Yuna beringsut, bangun, duduk bersila. Tangannya terulur meminta gelas itu. Nggak tega liat tangan Yuna yang bergetar dengan bibir pucat. “Biar aku pegangin aja. Liat nih, tanganmu sampai bergetar kek gini.” Nurut, Yuna menyecap tah hangat dari tangan Pangeran. Kembali ia bobok miring dengan menarik selimut. “Izroil, dingin banget.” keluhnya. Dia memang menggigil kedinginan. Pangeran kembali menaruh gelas diatas meja.