Bab 15. Kamu Harus Datang!

1033 Kata
Defa memilih keluar dari appartemen dan menitipkan handphone Vio pada satpam. Satpam hanya menerima hanphone Vio setelah itu, ia pun bergegas pergi dari sana. Ternyata benar, ia tidak salah. Ia pikir ketika tadi melihat foto si penelpon adalah foto Jarek ia salah orang. Ia tadi melihat Jarek yang sedang berjongkok di depan Vio yang memeluk kakinya yang tertekuk. Vio terlihat ketakutan dan ia mendengar jika Vio tidak ingin Jarek melakukan lagi. Defa pun akhirnya mengingat jika Vio adalah wanita yang pernah ia periksa. Wanita yang terlihat sehabis mengalami kekerasan apa lagi bagian intimnya yang sampai lecet. "Sejauh apa hubunganmu dengan Vio, Jarek?" tanya Defa seraya menghapus air matanya. "Kenapa kamu terima pertunangan ini jika kamu sudah bersama dengan wanita itu?" tanya Defa kemudian ia pun masuk ke dalam mobil taxi. Defa menggigit bibir bawahnyanya supaya suara tangisannya tidak sampai keluar, tetapi ternyata susah. Ia terisak hingga rasanya ia kesulitan bernapas. Ia membayangkan Jarek yang sedang bersama dengan Vio. Namun ia menyadari sesuatu, rasa takut yang di derita Vio adalah efek pemerkos** yang Jarek lakukan. Ia yakin, bagian intim Vio yang sampai lecet adalah hasil dari Jarek yang memaksa. Tidak mungkin orang yang rela melakukannya akan sampai lecet seperti itu, belum lagi bagian pergelangan tangan yang membiru dan bagian leher ia juga melihat ada sebuah bekas telapak tangan. Memang tidak begitu terlihat jelas cengkraman di leher Vio, seperti yang di bagian pergelangan tangan, namun Defa masih bisa melihatnya. Defa sudah sampai di rumah, ia langsung pergi ke kamar tanpa menyapa kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga seraya menonton televisi membuat kedua orang tuanya bertanya-tanya ada apa dengan putri mereka. Sedangkan di appartement Vio yang kebetulan sedang tidak ada orang berlalu lalang Vio masih memeluk lututnya yang tertekuk. "Vio tenanglah," ucap Jarek menenangkan. "Tolong pergi, pak. Tolong jangan ganggu saya lagi," mohonnya dengan suara tersendat-sendat akibat menangis. "Vio," panggil Jarek dengan nada saura yang melembut. "Tolong pergi, pak. Jangan lakukan lagi, pak," mohon Vio. Jarek tidak tahan, ia pun membawa Vio ke dalam pelukannya tanpa berfikir jika hal itu akan membuat Vio semakin histeris. Jarek tidak peduli, ia pun menekan tombol lift, setelah itu ia masuk ke dalam lift ketika sudah terbuka dengan menggendong Vio ala brydal style. Vio minta di turunkan dan bergerak di gendongan Jarek, tetapi Jarek terus membawa Vio untuk sampai di appartement. Tidak ada yang menggangu Jarek, karena apprtement itu milik keluarga Jarek walau tidak sepenuhnya karena ada pemilik saham lainnya. Pemilik saham lainnya itu adalah keluarga kakak iparnya yang pertama. Itu sebabnya, sangat mudah dirinya untuk masuk ke appartement. Ketika ia keluar dari dalam lift ada seorang pria yang akan masuk ke dalam lift. Pria itu memperhatikan Jarek. "Saya pacarnya, kami sedang bertengkar," ucap Jarek dengan tatapan sinis karena pria itu memperhatikan ia dan Vio. Orang itu pun masuk ke dalam lift sedangkan Jarek membawa Vio untuk masuk ke appartemet Vio. Jarek menidurkan Vio di kamarya, "pak, tolong jangan, pak," ucap Vio seraya menjauh dari Jarek bahkan ia sampai turun dari tempat tidur. Ia duduk di bawah dekat lemari pakaiannya dengan kaki tertekuk dan ia peluk. "Saya kesini hanya ingin memberikan kamu gaun. Besok acara ulang tahun perusahaan, kamu harus datang," ucap Jarek seraya memberikan papperbag yang ia bawa ke depan Vio yang sedang duduk di pojok lemari pakaiannya itu. Jarek berjongkok, ia hanya memperhatikan Vio yang memeluk kakinya yang tertekuk dan Vio yang memohon padanya. Vio hanya terus memohon, tangan Jarek terangkat untuk mengusap puncak kepala Vio. "Besok kamu dateng, ya," ucap Jarek dengan nada suara lembut kemudian ia mengecup puncak kepala Vio. "Aku benar-benar berharap kamu datang," bisiknya kemudian ia pun berdiri dan pergi meninggalkan Vio yang masih ketakutan duduk di pojok lemari pakaiannya. Hari berganti, hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan. Perusahaan hari ini pun di liburkan, sore harinya di apartement Vio tiba-tiba ada yang mengetuk. Betapa terkejutnya Vio saat membuka pintu, ia reflek menutup pintunya, namun sayangnya pintu sudah ditahan lebih dahulu dan orang itu pun langsung masuk. "Kenapa belum siap-siap?" tanya orang itu yang tidak lain adalah Jarek seraya berjalan masuk ke dalam appartement Vio. "Bapak kenapa kesini?" tanya Vio seraya berjalan mundur dan tatapan was-was. "Tentu saja menjemputmu," jawab Jarek santai. "Menjemput saya untuk apa?" tanyanya yang terus berjalan mundur. Jarek menghentikan langkahnya, "hari ini perusahaan libur. Bukankah seharusnya kamu tahu kenapa saya ada di sini?" tanya Jarek yang sudah menghentikan langkahnya. "Apa kamu lupa?" tanya Jarek seraya menatap Vio yang juga menatapnya. "Saya tidak bisa datang, pak," ucap Vio. "Kamu sekertaris saya, sudah seharusnya kamu ikut dengan saya," ucap Jarek. "Maaf, pak. Ini juga acara kantor yang alangkah baiknya jika yang berdiri di samping bapak adalah tunangan bapak. Bukan saya yang hanya sekertaris bapak," ucap Vio. "Sudah seharusnya begitu, ini ulang tahun perusahaan. Jadi, kamu sebagai sekertaris sudah seharusnya di samping saya. Orang tua saya pasti mengundang rekan-rekan bisnis barunya, jadi jika saya tidak bisa menjelaskan, kamu bisa melakukannya. Sekaligus, kamu bisa mempromosikan perusahaan, supaya mereka mau bekerja sama dengan kita," ucap Jarek "Bapak bosnya, bapak lebih bisa menjelaskan dari pada saya yang hanya karyawan saja. Bapak juga lebih dulu mengenal perusahaan keluarga bapak di bandingkan saya yang hanya karyawan," ucap Vio yang menatap serius Jarek. Dalam hati ia hanya bisa terus merapalkan kata agar Jarek tidak melakukannya lagi. Diriya yang sedang berusaha untuk tidak terlihat takut lagi pada Jarek. Asalkan tidak ada sentuhan, kemungkinan besar dia baik-baik saja. "Kamu karyawan perusahaan bukan, jadi sudah seharusnya kamu datang!" ucap Jarek dengan nada meninggi. "Tapi tidak di haruskan, pak," jawab Vio. "Siap-siap sekarang atau saya yang menyiapkan kamu!" tegas Jarek yang tatapannya terlihat begitu marah. Ia tidak ingin berdebat lagi, itu sebabnya ia meninggikan suaranya. Ia tidak tahan dengan Vio yang terus saja menjawab ucapannya. "Maaf pak, saya ijin tidak bisa hadir. Saya sedang tidak enak badan," ucap Vio. Ia sudah berusaha menolak, jadi jalan satu-satunya adalah mengaku jika dirinya sakit. Di pesta itu akan ada banyak orang yang datang, sehingga mau tidak mau Vio akan bersentuhan dengan orang-orang bukan? Jika itu terjadi, ia bisa membuat kekacauan nantinya. Iya bisa saja minum obat, tetapi obat itu nantinya akan membuat ia tertidur. Ia tidak mau hal itu terjadi, efek obat tidurnya cukup kuat sehingga ia tidak akan bisa menahan rasa kantuknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN