13. MoonCake

1515 Kata
Batu, 2021.  Kabiru tengah mencabut rumput di depan rumahnya. Pria itu tengah bertelanjang dadaa dan hanya mengenakan celana boxer berwarna hitam. Telinga Kabiru terasa mau pecah saat mendengar di dalam rumah istrinya menghidupkan sound dengan kencang. Sejak pukul enam pagi, Sahnum sudah sibuk di dapur sembari mendengarkan lagu dari band legendaris Noah. Lagunya sangat bagus, hanya saja Sahnum menyetel dengan volume full sampai ke depan terdengar jelas.  Hari ini tanggal merah membuat Kabiru tidak perlu pergi bekerja. Pria itu sibuk membersihkan depan rumahnya yang dipenuhi rumput.  “Mas Kabiru, libur, Mas?” tanya seorang pria yang lewat di depan rumah Kabiru. Itu tetangga Kabiru yang biasa nongkrong di teras.  “Iya, Mas. Libur juga?” tanya Kabiru balik.  “Kuli bangunan mana pernah libur, Mas,” jawab tetangga Kabiru.  “Mas Anang, Mas Biru, mari!” ucap salah satu tetangga Kabiru lagi yang melintas sembari mengayuh sepeda. Kabiru dan Anang menganggukkan kepalanya. Inilah yang disukai Kabiru di kota Batu, semua orang-orangnya ramah dan rukun. Saat di depan teras, semua tetangga yang lewat akan menyapanya. Tidak ada yang lebih baik dari hidup rukun di lingkungan masyarakat. Kabiru sadar diri bahwa keluarganya ada jauh di Kota Tulungagung, kalau ada apa-apa pastilah tetangga duluan yang datang membantu.  Pelajaran hidup sederhana ini Kabiru dapatkan dari istrinya. Kabiru ingat dulu dia sangat anti sosial, tapi karena istrinya, Kabiru menjadi terbiasa. Sahnum membawa perubahan besar untuk Kabiru.  “Mas Kabiru, aku nyambut gawe disek, ya. Assalamualaikum,” ucap Mas Anang pada Kabiru yang artinya ‘Mas Kabiru, aku bekerja dulu, ya’ “Oh iya, Mas. Ngatos-ngatos,” jawab Kabiru yang mengatakan hati-hati.  Mas Anang mengacungkan jempolnya. Kabiru tersenyum simpul. Setelah selesai dengan rumputnya, Kabiru segera mencuci tangan dan kakinya. Pria itu seraya membawa cangkulnya memasuki rumahnya dan menuju ke dapur.  Kabiru tertawa kecil saat melihat istrinya tengah memasak sembari bernyanyi kencang, bahkan kaki Sahnum sampai bergerak-gerak dengan lincah mengikuti irama lagu.  “Asik banget,” celetuk Kabiru.  Sahnum menolehkan kepalanya, perempuan itu cengengesan menghadap Kabiru. Sahnum tidak malu lagi bertingkah di depan suaminya. Mau dia bernyanyi sampai jumpalitan, Kabiru tidak pernah marah dan malah tertawa kecil.  “Angkat tangan setinggi tingginya!” Sahnum kembali bernyanyi sembari mengangkat tangannya. Sahnum benar-benar sudah jatuh cinta sejak dulu dengan Band Noah yang dulunya bernama Peterpan.  Kabiru mendekati istrinya, pria itu mematikan kompor yang menyala di bawah panci berisi soup, “Soupnya sudah matang ini,” ucap Kabiru.  “Saking semangatnya nyanyi sampai tidak lihat sudah matang,” jawab Sahnum. Kabiru memeluk tubuh Sahnum dari belakang.  “Lagu ini mengingatkan aku saat kita masih SMA,” ucap Kabiru.  Sahnum terdiam, perempuan itu seolah tengah mengingat sesuatu. Benar, lagu yang dia putar mengingatkannya pada masa putih abu-abu yang sangat indah.  “Saat itu kamu sudah jatuh cinta kan sama aku?” tanya Sahnum mengelus rahang Kabiru.  “Mungkin iya mungkin tidak,” jawab Kabiru.  “Hisssh … selalu begitu kalau ditanya kapan kamu jatuh cinta,” ujar Sahnum memanyunkan bibirnya.  Kabiru selalu tidak mau menjawab saat ditanya kapan tepatnya jatuh cinta pada Sahnum.  “Karena aku memang tidak tahu kapan aku jatuh cinta sama kamu. Yang aku tahu, cintaku di hati kamu terus bertambah dari hari ke hari,” kata Kabiru.  “Bohong,” ketus Sahnum.  “Kalau aku bohong. Mungkin saat ini kita tidak bersama,” jawab Kabiru.  “Jadi kapan kamu jatuh cinta sama aku? Jawab dengan jujur! tekan Sahnum.  Kabiru berpikir sejenak, “Sejak kelas satu sebelum kita duduk satu bangku, aku sudah sering mengamati kamu. Dan saat kelas dua kamu duduk di sampingku, hatiku sangat bahagia,” jelas Kabiru.  “Tapi saat itu kamu cemberut terus. Berwajah datar dan seolah tidak bersahabat,” sungut Sahnum. “Laki-laki pandai menyembunyikan perasaannya,” jawab Kabiru. Sahnum mendongakkan kepalanya menatap Kabiru, perempuan itu mencium pipi Kabiru dengan kilat yang membuat Kabiru tersenyum sangat manis.  Tulungagung, tahun 2011.  “Aku lihat band favorit kamu di televisi kemarin,” ucap Fiya pada Sahnum.  “Aku juga lihat, mataku sampai tidak berkedip melihatnya,” jawab Sahnum dengan antusias.  “Suaranya bagus, cara bicara vokalis-nya juga keren abis. Pokoknya cowok di kelas kita gak ada apa-apanya daripada A’a Ariel,” kata Fiya yang kini tengah menghalu bertemu personil band legendaris, Peterpan.  “Nanti jam empat ada putaran di radio, aku mau request lagunya Peterpan,” ujar Sahnum seraya terkikik geli.  Sahnum pecinta band Peterpan, perempuan itu bahkan mengoleksi kaset yang selalu dia putar saat malam hari. Sahnum menyukai lagu-lagu dari Peterpan yang sangat merdu.  “Bila rindu ini masih milikmu … kuhadirkan sebuah tanya untukmu ….” Suara Caesar yang bernyanyi pun terdengar nyaring. Di bangku sebelah Caesar tengah bernyanyi dengan asiknya sambil memetik gitarnya. Ada juga Erlan yang tengah memukul meja mengikuti irama seolah dia seorang drummer. Ada cowok-cowok lain yang ikut bernyanyi, bahkan Alfa sang ketua kelas juga tengah membawa sapu seolah sapu itu adalah bas.  Sahnum melirik Kabiru, pria itu sama sekali tidak terusik. Kabiru sibuk memainkan game mario bros di Hp Bb-nya.  “Kabiru,” panggil Sahnum dengan pelan.  “Hem,” jawab Kabiru yang hanya dengan deheman.  “Kamu tahu band Peterpan?” tanya Sahnum.  “Iya.”  “Kamu suka?” tanya Sahnum.  “Iya.”  “Kalau Peterpan ngadain konser, ayo kita lihat? Aku pengen banget lihat konser,” ajak Sahnum. Kabiru meletakkan hpnya, remaja itu menatap Sahnum dengan intens.  “Sahnum, konser Peterpan itu dipenuhi lautan manusia. Bakal desak-desakan, kalau kamu terjepit bagaimana? Lihat saja live di televisi, atau dengerin di radio, sama saja,” jelas Kabiru.  “Jelas tidak sama. Aku ingin banget lihat konser, aku gak bakal kenapa-napa, kan ada kamu,” ucap Sahnum dengan keukeuh.  “Kabiru, ya … mau ya? Ikut konser sama aku. Kalau ngajak Fiya, dia tidak suka. Ngajak Erlan doang juga kurang asik. Mau ya … mau!” bujuk Sahnum.  “Dasar keras kepala,” kata Kabiru yang kembali mengambil hpnya.  Sahnum memanyunkan bibirnya, perempuan itu pun kembali menghadap ke Caesar, Erlan, Alfa dan yang lainnya yang tengah bernyanyi bersama. Jam kosong lebih menyenangkan daripada hari libur. Saat ini jam pelajaran kosong sampai nanti pukul dua belas jam pulang. Guru-guru tengah rapat dan tidak ada tugas hari ini, jadilah jam bebas membuat seisi kelas ada yang bercengkrama, tidur, dan menyanyi seperti yang dilakukan Caesar.  Sahnum ikut mendekati Caesar, perempuan itu ikut bernyanyi menyanyikan lagu favoritnya. Lagu-lagu dari Peterpan sangat menjadi kesukaan Sahnum.  “Hanya malam dapat meleburkan segala rasa yang tak terungkapkan, tapi mengapa kau tak berubah ada apa denganmu ….” Sahnum bernyanyi dengan asiknya.  Padangan Kabiru tidak bisa fokus, pria itu melirik Sahnum yang senyum tampak mengembang di bibirnya. Kabiru terpaku melihat senyum Sahnum, senyum itu sangat lebar dan cantik di matanya. Namun sayang, yang membuat Sahnum senyum bukanlah dirinya, melainkan Caesar.  Kabiru mengantongi hpnya, pria itu mendekati Caesar, “Aku pinjam gitarnya,” pinta Kabiru. Caesar menatap Kabiru, semua pun berhenti bernyanyi karena aksi Kabiru.  “Sebentar,” kata Kabiru lagi. Caesar menatap Kabiru dan Sahnum bergantian. Karena sadar bahwa yang dilakukan Kabiru itu untuk Sahnun, Caesar pun memberikan gitarnya.  Caesar menahan hatinya agar tidak cemburu. Iya, dia menyukai Sahnum. Namun yang Caesar lihat Kabiru juga menyukai Sahnum. Caesar ingin bersaing secara sehat dengan Kabiru, tapi Caesar enggan. Baginya, buat apa? Meski Cesar menyukai Sahnum, ia tidak akan berbuat gegabah yang membuat pertemanan mereka berlima hancur. Sejak pertemanan mereka yang resmi saat hujan turun dengan deras di jalanan Kedungwaru, Caesar benar-benar menyerahkan hatinya untuk persahabatan mereka. Caesar tidak ingin persahabatan mereka canggung hanya karena dua pria mencintai satu wanita. Yang bisa Caesar lakukan adalah mengalah, membiarkan Sahnum dan Kabiru lebih dekat. Bila nanti mereka tidak berjodoh, Caesar bisa mendekati Sahnum.  Meski di luar sana banyak yang memandang Caesar sebagai fuckboy, pacarnya banyak, sering gonta ganti, tapi hanya satu yang disukai Caesar dengan tulus, yaitu Sahnum. Caesar juga sangat tulus dengan persahabatannya.  Kabiru mengambil alih gitar Caesar, remaja itu mulai memetik gitarnya yang langsung mendapatkan sorakan dari teman-temannya. Note gitar lagu ‘Semua tentang kita’ Kabiru mainkan. Lagu itulah awal mula dia bisa memetik gitar. Ia sama sukanya dengan Peterpan sama dengan Sahnum, lagu-lagu itu selalu ia nantikan di radio sembari menemaninya belajar. Dan kini Kabiru menyanyikan untuk Sahnum.  Mendengar Kabiru bernyanyi membuat pipi Sahum terasa memanas. Sahnum menepuk pipinya seorang diri. Gadis remaja itu merutuki dirinya yang terbawa perasaan, padahal Kabiru hanya bernyanyi, tidak lagi mengatakan menyukainya. Setiap petikan gitar dari Kabiru sangat indah, apalagi suara pria itu. Semua teman-temannya ikut bernyanyi. Erlan lah yang paling heboh memukul meja dengan kakinya yang diangkat di atas kursi.  Kabiru tersenyum sesekali saat melihat Sahnum yang ikut bernyanyi, melihat senyum Sahnum membuat setitik hati Kabiru merasa bahagia. Kabiru telat menyadari, bahwa masa putih abu-abu sangatlah indah. Kabiru terlalu terpaku dengan mata pelajaran sampai membuatakan diri dengan teman-temannya. Kini ia merasakan bagaimana indahnya persahabatan.  “Semua siap bersuara!” ucap Fiya mengambil spidol dan mendekatkan ke bibirnya seolah mikrofon. Gadis kocak itu berlagak seperti vokalis di tengah-tengah konser.  Canda, tawa dan saling melempar senyum mereka lakukan untuk mengisi jam bebas mereka. Kabiru ingin menghentikan waktu sejenak saja, untuk merekam memori ini di otaknya agar sampai kapanpun ia akan mengingatnya. Lebih tepatnya mengingat senyuman Sahnum karena-nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN