11

1172 Kata
Suasaan perayaan ulang tahun perusahaan Ritz berjalan dengan meriah. Sudah hampir 1 jam lamanya acara di mulai. Tapi pemilik perusahaan ini belum juga menampakkan Batang hidungnya. Eliza tak begitu menggubris perihal hal itu. Yang ada di kepalanya adalah ia harus bekerja dengan baik. Karena ia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Gaji yang ia terima ketika bekerja disini lebih dari cukup daripada gajinya sebelumnya di toko roti. Jadi ia bisa sedikit menyisihkan uangnya untuk ditabung. Aku juga bisa membeli obat untuk omnya setiap bulannya. "El ini kamu minum sama makan Snack yang dulu. Kamu pasti capek dari tadi kerja terus," kata Erna memberikan minuman dan makanan. "Makasih ya Na. Kebetulan aku juga agak lapar." Eliza pun menerima makanan dan minuman yang diberikan oleh Erna. "Aku tahu kok kalau kamu lapar. Aku aja juga lapar banget. Bayangin aja kita dari tadi kerja terus. Mana acaranya gak keluar-keluar lagi." Erna pun menggerutu karena pekerjaan mereka tak selesai juga. Eliza hanya bisa tersenyum melihat teman barunya selama bekerja disini. Erna yang usianya 3 tahun lebih tua darinya itu terlihat seperti anak SMP karena badannya yang kecil dan pembawaannya yang ceria membuatnya terlihat imut. Dengan pembawaannya yang ceria membuat Eliza betah berteman dengan Erna. William Ritz baru saja turun dari mobilnya. Ketika pesawat yang membawanya mendarat ia langsung menuju ke kantornya untuk menghadiri acara perayaan ulang tahun perusahaannya. Walaupun William tidak menyukai jenis perayaan seperti ini tapi tetap saja ia harus datang karena bagaimana pun juga Sebagai pemilik perusahaan ini ia harus ikut datang dan melihat keadaan. Dengan langkah yang tegap dan wajah yang datar william berjalan menuju tempat acara. Dibelakang tampak Xander dan beberapa pengawal yang setia berada di belakang untuk selalu menjaga kemanapun William pergi. Seperti biasa ketika William datang selalu saja menjadi pusat perhatian untuk banyak orang. Terutama para gadis yang begitu terpesona dengan aura yang dipancarkan oleh William. Bagi mereka William adalah tipe laki-laki sempurna yang wajib dijadikan suami untuk mereka. William pun segera berjalan menuju ruang acara dan segera naik ke podium untuk memberikan sambutan setelah itu ia akan pulang ke rumah. "Selamat malam semua. Disini saya sebagai CEO Ritz corporate hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada para karyawan yang sudah memberikan dedikasinya terhadap perusahaan. Karena kerja keras kalian semua perusahaan kita menjadi salah satu perusahaan terbesar di negeri ini. Dan saya berharap ke depannya kalian dapat mengembangkan perusahan jauh lebih pesat daripada sebelumnya," kata William berpidato dengan suaranya yang seksi. Dan setelah itu terdengar tepukan tangan dari beberapa karyawan yang mengapresiasi sambutan yang dilakukan oleh bos mereka. Karena mereka tahu bagaimana sifat bos mereka. Dan mereka paham betul itu. Jadi momen langka ini tidak mereka lewatkan begitu saja. Setelah memberi kata sambutan, William pun turun dan menyalami beberapa manajer di perusahannya. "Selamat datang pak William," kata Pak Bambang memberi selamat pada bosnya. "Terima kasih pak. Kalian sudah bekerja cukup keras selama ini terhadap perusahan. Saya akan memberikan seluruh karyawan disini bonus tahunan karena kinerja yang telah mereka lakukan," kata William memberi tahu pak Bambang. "Terima kasih pak. Saya akan mengurus semuanya agar semua karyawan di perusahaan kita mendapatkan bonus mereka." Terllihat jelas wajah senang pak Bambang karena mendengar akan mendapatkan bonus dari bossnya. "Xander kamu urus tentang bonus tahunan ini. Pastikan semua karyawan mendapatkan hak yang sama," perintah William. "Baik tuan." Xander pun mengangguk tanda mengerti. Sementara itu Eliza yang baru saja menghabiskan makanannya kembali ke ruangan acara untuk kembali bersih-bersih. Ketika ia berada disana ia melihat ada keributan di tengah tempat acara. Tampak seorang laki-laki sedang dikelilingi oleh beberapa orang. Dan Eliza berpikir mungkin laki-laki itu adalah orang penting jadi maklum saja bila banyak karyawan yang mendekat kepadanya. "El ya ampun ternyata pak William itu jauh lebih ganteng daripada yang di foto." Erna yang baru saja datang langsung heboh sendiri. "Maksud kamu na?" tanya Eliza balik. "Kamu lihat laki-laki yang ada di tengah-tengah dan sedang di kelilingi oleh beberapa orang itu?" tanya Erna lagi. Eliza pun melihat lagi dan kembali mengarahkan wajahnya untuk menghadap ke arah Erna. "Iya aku udah lihat. Emang dia orang penting ya Na?" tanya Eliza penasaran. "Ya ampun El dia itu William Ritz pemilik perusahaan ini. Dan kamu lihat gak penampilannya. Sumpah ya El di ganteng banget. Auranya itu loh bikin gadis manapun akan terpesona kepadanya." Erna pun bercerita dengan menggebu-gebu. Eliza pun melihat ke arah laki-laki yang bernama William Ritz. Kalau dilihat-lihat memang laki-laki itu bisa dikatakan sangat tampan dan memiliki aura seorang pemimpin yang sangat kuat. Tapi Eliza sadar diri gak mungkinlah seorang seperti William Ritz akan melirik wanita seperti dirinya. Jadi Eliza memilih tak merespon sama sekali. Sekarang yang menjadi tujuan hidupnya adalah melihat omnya sembuh dan ia bisa berkuliah. Karena Eliza memang bercita-cita untuk membuka toko rotinya sendiri. Jadi ia akan menambah wawasan tentang kue dengan kuliah di bidang kuliner. "Iya ganteng kok Na. Tapi kamu jangan berharap terlalu tinggi karena laki-laki seperti dia akan melirik gadis seperti kita. Kita memiliki status sosial yang berbeda. Jadi lebih baik sekarang kita kembali bekerja," kata Eliza mengajak Erna untuk kembali bekerja. "Iya aku juga tahu kok kalau soal itu. Tapi sekali-kali berkhayal gak pa-pa kan? Siapa tahu nanti jadi kenyataan." Erna pun kembali menatap wajah tampan bosnya hingga tak berkedip. Sedangkan Eliza berusaha memaklumi tingkah temannya itu. Dan ia pun kembali meneruskan pekerjaannya daripada nanti ia pulang kemalaman lagi. William sedang berbincang dengan beberapa karyawannya ketika pandangan matanya tak sengaja melihat ke arah seorang gadis yang membuatnya penasaran beberapa waktu terakhir. Gadis yang sekarang ada di ruangan yang sama dengannya dan perasaan penasaran itu masih sama seperti sebelumnya. William memperhatikan gadis itu tanpa menghiraukan beberapa orang yang terus berbicara dengannya. Sepertinya gadis itu bekerja sebagai office girl di perusahaannya karena ia bisa melihat seragam yang ia pakai sekarang. Seulas senyum tanpa sadar tercetak di wajah datar William ketika melihat gadis itu dengan cermat mengerjakan pekerjaannya. Dan pandangan itu tak luput dari pandangan para karyawan dan juga Xander. "Pak William apa ada yang salah dengan pembicaraan saya?" tanya Pak Bambang sambil melirik ke arah William. "Tidak ada yang salah. Saya minta semua perintah yang saya berikan anda kerjakan dengan benar. Dan saya tidak mau menerima kesalahan. Karena anda tahu benar apa yang akan terjadi jika anda melakukan kesalahan," kata William dengan raut datarnya lagi. "Baik pak." Dengan ekspresi yang sedikit takut pak Bambang menjawab perintah William. William pun pergi dari kerumunan para karyawan dan berjalan menuju ke arah gadis yang membuatnya penasaran. William pun meminum minuman yang memang berada tak jauh dari gadis itu. Ia pun terus menatap gadis itu yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Sedangakan Eliza yang merasa diperhatikannya membalikkan badannya dan tanpa sengaja ia menatap mata abu-abu yang begitu dingin. Ia pun sadar ketika yang menatapnya adalah bosnya. Dan ia tiba-tiba merasa takut jika ia melakukan kesalahan. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, Eliza memilih untuk pergi dari sana. William yang melihat gadis itu pergi memutusakan untuk pergi juga. Ia harus pulang ke rumah sekarang. Sementara itu dari arah belakang tampak seorang laki-laki sedang membawa sebuah pisau berjalan mendekat ke arah William. "Mati kamu William Ritz," teriak laki-laki misterius itu. "Awas..." Tiba-tiba dari arah belakang ada seorang yang menahan tubuh laki-laki itu dan akibat aksinya itu pisau itu mengenai lengannya yang membuatnya terluka. Kira-kira siapa ya yang menyelamatkan William? See you next part nanti malam ya?? Happy reading....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN