10

1357 Kata
Sudah sebulan setelah sejak peristiwa kebakaran yang menimpa toko roti tempat Eliza bekerja. Setelah dilakukan investigasi ternyata penyebab kebakaran adalah karena arus tegangan listrik. Dan dengan berat hati Bu Nina harus meliburkan semua karyawan toko rotinya karena Bu Nina akan membangun ulang toko roti itu. Dan itu membuat Eliza pusing karena ia harus mencari pekerjaan lain agar ia bisa bertahan hidup saat ini. Untuk sementara waktu ia masih punya tabungan tapi tabungan yang ia miliki saat ini lama-lama akan habis apalagi om Rudi juga harus terus mengkonsumsi obat setiap bulannya. Dan itu juga membutuhkan uang yang banyak. Setelah ia berusaha mencari bebrkaa pekerjaan akhirnya ia mendapatkan pekerjaan yang menurutinya sesuai dengan ijazah yang ia miliki. Dengan ijazah SMA yang miliki ia hanya bisa menjadi office girl di sebuah perusahan yang sangat besar di negeri ini. Dan Eliza tak mempermasalahkan kalau pun harus menjadi office girl. Yang penting ia bisa mendapatkan gaji yang bisa ia pakai untuk mencukupi kebutuhan hidupnya bersama omnya. Pagi menjelang Eliza sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuknya dan juga omnya. Ia juga membawa bekal untuknya makan siang. Ia memang selalu membawa bekal makan siangnya sendiri. Ia harus banyak berhemat untuk membeli obat om Rudi setiap bulannya. Di meja sudah terhidang nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan. Sedangkan untuk siang Eliza sudah memasak tumis buncis dengan tahu dan tempe. Walaupun masakan Eliza terlihat sederhana tapi kalau urusan rasa tak kalah enaknya. "Om kita sarapan bareng yuk," ajak Eliza ketika sampai di kamar omnya. "Wah dari baunya om tahu kalau kamu masak nasi goreng. Dan om jamin nasi goreng buatan kamu selalu enak," kata Om Rudi memuji Eliza. "Ahhh om bisa aja. Kalau dibandingkan makanan bunda masakan El kalah jauh enaknya." Eliza tersenyum mengingat rasa masakan bundanya. "Iya kamu benar. Dulu bunda kamu selalu bisa buat masakan yang enak-enak. Bahkan dulu om sering ketagihan sama masakan bunda kamu." Om Rudi pun juga mengingat rasa masakan kakak iparnya. Eliza dan om Rudi menikmati sarapan mereka sambil sesekali berbincang tentang banyak hal. Dan mereka tak lagi menyinggung soal Tante Susi dan Marisa. Mereka sudah tak pernah memberi kabar lagi kepada om Rudi. Bahkan ketika om Rudi sakit pun mereka sama sekali tidak datang untuk menjenguk. "Om El berangkat dulu ya. Buat makan siang udah El siapin. Nanti tinggal om makan aja. Mungkin malam ini El pulang agak malam karena di kantor lagi ada acara jadi El harus beres-beres setelah acara kantor itu. Lumayan om El dapat uang lembur. Om hati-hati ya di rumah," kata Eliza berpesan. "Hati-hati ya El di jalan. Kamu gak usah khawatir sama om. Om akan baik-baik aja kok disini." Om Rudi pun tersenyum untuk membuang rasa khawatir dari diri Eliza. Eliza pun tersenyum ketika melihat omnya mencoba membuatnya tidak khawatir dengan keadaannya. Dan sejauh ini keadaan om Rudi jauh lebih baik. Jadi Eliza tidak perlu khawatir jika harus meninggalkan Om Rudi sendirian di rumah. Ketika di luar sudah ada seorang tukang ojek langganan Eliza yang menunggunya untuk.mengantarkan dirinya ke kantor. "Pagi Pak Tono," sapa Eliza dengan senyum yang merekah. "Pagi mbak Eliza. Kita berangkat sekarang?" tanya Pak Tono. "Ok pak kita berangkat sekarang aja nanti keburu macet soalnya." Eliza pun sudah bersiap untuk naik ke motor milik pak Tono. Sejak toko roti tempat Eliza dan pak Tono bekerja kebakaran otomatis pak Tono harus mencari pekerjaan lain selama menunggu toko roti itu di bangun ulang. Dan sekarang Pak Tono bekerja sebagai tukang ojek. Dan Eliza beruntung karena pak Tono mau mengantar dan menjemput ketika ia bekerja dan pulang kerja. "Pak hari ini aku bakal pulang malam. Jadi nanti aku pulangnya naik ojek online aja. Kasihan kalau bapak jemput aku malam-malam." Eliza pun menyerahkan helmnya kepada pak Tono. "Ga pa-pa mbak Eliza. Nanti bapak jemput jam berapa pun mbak El pulang. Nanti mbak El kabarin aja mau dijemput jam berapa. Lagian bahaya mbak kalau mbak El pulang malam-malam sendirian," kata Pak Tono menolak. "Makasi ya pak. Ya udah nanti aku kabarin aja mau pulang jam berapa. Sama nanti sebelum jemput aku pulang bisa beliin makam malam buat om Rudi. Tadi aku gak sempat masak buat makan malam," kata Eliza sambil memberikan uang 20 ribu. "Iya mbak nanti saya kan beli buat pak Rudi." Pak Tono pun menerima uang pemberian dari Eliza. "Nanti beli buat makan pak Tono juga ya. Kembaliannya di ambil aja," kata Eliza dengan tersenyum. "Ga usah mbak. Mbak selalu memberi uang sama saya. Nanti uang mbak El habis." Pak Tono terlihat menolak pemberian dari Eliza. "Udah gak pa-pa pak. Tenang aja aku masih ada uang kok. Ya udah aku masuk dulu takut telat nanti." Eliza pun segera masuk ke kantor yang sudah seminggu terakhir menjadi tempatnya bekerja. Sementara itu ada seorang laki-laki yang tampak sibuk membaca beberapa dokumen yang diberikan Xander untuk ia pelajari. Saat ini laki-laki itu sedang berada di pesawat pribadinya. Pesawat yang membawanya dari Singapore akan segera mendarat di Indonesia. "Tuan sebentar lagi pesawat akan mendarat. Dan setelah mendarat tuan mau ke rumah atau ke kantor?" tanya Xander patuh. "Kita langsung ke kantor. Bukannya sore nanti ada acara di kantor?" tanya William yang sedang fokus dengan beberapa dokumen. "Iya tuan. Hari ini adalah hari aniversary perusahaan Ritz yang ke 30 tahun. Jadi perusahaan akan mengadakan perayaan." Xander pun menjelaskan kepada William. "Kalau begitu kita ke kantor dulu. Gimana keadaan Luna sekarang?" tanya William lagi. "Setelah tuan mengajak nona Luna berlibur bersama di Jepang, sikap nona Luna berubah lebih baik. Ia sudah tidak banyak berulah lagi. Dan ia juga menurut dengan segala peraturan yang tuan berikan," kata Xander menjelaskan. "Good. Tapi kamu pastikan untuk terus menjaga Luna. Karena kita tahu di luar sana banyak musuh yang mengincar saya dan juga Luna. Jika perkuat pengawalan untuk Luna dan juga di rumah. Pastikan orang-orang yang bekerja sama kita benar-benar bersih dan tidak ada misi apapun," perintah William dengan raut wajah datarnya. "Baik tuan. Saya pastikan semua aman dan bersih." Xander pun dengan patuh menjalankan perintah tuannya. William melihat ke arah luar. Ia melihat awan begitu indah. Perasaannya hari ini cukup baik. Beberapa project berhasil ia dapatkan dan tentu saja ia berhasil mengalahkan kelompok Xalim. Tapi yang terpenting adalah hubungannya dengan sang adik sudah membaik. Walaupun William tetap sibuk dengan pekerjaannya tapi ia masih terus memperhatikan sang adik. Ia akan melakukan apapun untuk bisa membahagiakan sang adik. "Malam ini adalah hari ulang tahun perusahaan Ritz. Dan sore ini perusahaan akan mengadakan perayaan. Dan tugas kita adalah memastikan semuanya bersih dan rapi. Dan ingat jangan pernah ada yang melakukan kesalahan sedikit pun. Karena kemungkinan pemilik perusahaan ini akan datang dalam acara perayaan ulang tahun ini. Jadi kita harus melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya," kata Bu Rita kepala kebersihan di perusahaan ini. "Baik Bu," jawab para office girl dan office boy disini. "Bagus kalau gitu sekarang kalian mulai bekerja," perintah Bu Rita. Dan semua office boy dan girl pun langsung mengerjakan tugas mereka masing-masing. Karena persiapan untuk sore nanti sudah di mulai sejak siang ini. "El kamu beruntung kalau nanti bisa lihat William Ritz," kata Erna temannya sesama office girl. "Beruntung gimana? Emang Wiliam Ritz siapa?" tanya Eliza yang sibuk mengelap meja. "Ya ampun El. Kamu gan tahu William Ritz. Dia itu pemilik perusahaan ini yang secara gak langsung bos kita. Dan dia itu salah satu pengusaha sukses di negeri ini. Karena di usianya yang masih muda ia berhasil membangun perusahan ini menjadi perusahaan ya g terbesar di negeri ini. Selain itu juga William Ritz jadi incaran para wanita seantero negeri ini. Selain ganteng tapi dia juga mapan," Erna menjelaskan. "Oooo. Jadi dia bisa kita. Jangan-jangan kamu juga salah satu gadis yang suka sama bos kita itu?" tanya Eliza lagi. "Hanya wanita yang gak normal yang gak suka sama William Ritz. Walaupun aku tetap sadar diri kalau dia gak bakal ngeluruk gadis kayak kita. Tapi berharap gak salah kan?" tanya Erna balik. "Iya gak salah kok. Siapa tahu boss kita itu suka sama kamu. Kan kita gak pernah tahu sama masa depan. Jadi kalau aku selalu berprinsip jika kita harus melakukan yang terbaik apapun hasil yang kita dapat berarti itu adalah hal terbaik yang kita dapat," kata Eliza menasehati Erna. "Iya deh. Semoga aja apa yang kamu bilang benar ya El. Udah yuk lanjut kerja daripada di matahari Bu Rita nanti," kata Erna yang kembali bekerja. Dan Eliza pun juga melakukan hal yang sama. Ia segera melakukan tugas yang diberikan sebelum acaranya di mulai. Setelah ini ceritanya akan seru jadi ikutin next chapternya ya? Happy reading....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN