Di sebuah kamar yang dominan dengan nuansa kayu dan terlihat seperti kamar milik seorang laki-laki karena wangi parfum yang tersebar disana khas bau parfum laki-laki. Dan di ranjang tampak seorang gadis yang masih terlelap tidur dengan infus yang masih menempel di tangannya. Sinar matahar yanh masuk dari celah-celah jendela seakan menggangu tidur gadis itu. Perlahan-lahan gadis itu mulai membuka matanya. Ketika ia membuka matanya ia merasa badannya sakit semua terutama di bagian tangan kirinya. Lalu kepalanya juga seperti di tusuk ribuan jarum. Gadis itu perlahan melihat sekitar dan ia merasa asing dengan tempat ini.
"Selamat pagi nona? Apa yang anda rasakan sekarang?" tanya seorang wanita yang memakai pakaian perawat.
"Saya dimana? Dan apa yang terjadi dengan saya?" tanya gadis itu bingung.
"Nona sekarang ada di kediamaan keluarga Ritz karena semalam tuan William Ritz membawa anda ke rumah ini karena nona terluka," jawab perawat itu.
Perlahan-lahan gadis itu mulai mengingat peristiwa yang kemarin. Dan ia ingat jika kemarin ia sudah menghadang seseorang yang akan berniat jahat kepada bosnya yang bernama William Ritz. Dan sekarang ia sedang berada di rumah mewah bosnya ini. Dan perlahan-lahan ia ingat jika ia belum pulang ke rumah. Dan pasti Om Rudi khawatir karena ia tak pulang.
"Boleh saya pinjam teleponnya? Saya harus menghubungi om saya karena semalam saya tidak pulang. Saya takut om saya cemas tentang keadaan saya," pinta gadis itu.
Sang perawat tanpa ragu untuk membantu gadis yang ada di hadapannya ini. Karena disini tugasnya hanya merawat gadis itu dan ia takut jika ia membantu gadis itu akan membuatnya terkena masalah.
"Kamu boleh pergi biar saya yang disini," perintah seorang laki-laki.
Laki-laki yang ternyata adalah William Ritz berjalan mendekat ke arah Eliza. Dan raut wajah Eliza berubah menjadi cemas karena bosnya ada di hadapannya.
"Kamu mau minta apa?" tanya William dengan ekspresi wajah datar.
"Hmm... Maaf pak William kalau boleh saya pinjem telepon. Saya mau memberi kabar sama om saya. Om saya pasti khawatir karena saya tidak pulang semalam." Eliza pun mengutarakan permintaannya.
"Pakai HP saya dan kamu bisa menghubungi keluarga kamu." William pun memberikan hpnya kepada Eliza.
Dengan tangan gemetar Eliza menerima HP milik bosnya. Ia pun segera memencet nomor omnya untuk memberi kabar kepada omnya.
"Halo om Rudi ini Eliza. Maaf om semalam El gak pulang ke rumah soalnya ada sesuatu kejadian yang menimpa El. Tapi om tenang aja El gak papa kok. Nanti El akan pulang rumah. Jadi kalau om lapar om minta tolong ke pak Tono. Biar nanti pak Tono yang belikan makanan buat om. Maaf ya om udah buat om khawatir," kata Eliza berbicara di telepon bersama sang om.
William yang berada di samping Eliza terus memandang gadis yang tampak khawatir. Ia tak habis pikir padahal dirinya saja sekarang keadaannya sedang tidak baik tapi ia masih sempat-sempatnya memikirkan orang lain. Dan itu membuat William semakin penasaran dengan sosok di hadapannya.
"Ini pak hpnya. Terima kasih." Eliza pun menyerahkan HP milik William kepada pemiliknya.
William pun menerima HP miliknya tanpa bersuara.
"Hmmm.. maaf pak bisa gak infus di tangan saya di cabut. Saya mau pulang. Kasihan om saya sendirian di rumah. Dan keadaan om saya sedang sakit tidak ada yang bisa mengurusi beliau kecuali saya. Jadi bisa minta tolong infusnya dicabut?" tanya Eliza dengan nada yang sangat halus dan ada rasa gugup.
"Dokter belum melihat keadaan kamu sekarang. Jadi saya tidak mengizinkan kamu untuk pulang sekarang. Dan soal om kamu biar orang saya perintahkan orang untuk merawat om kamu sampai kamu pilih benar. Bagaimana pun juga kemarin kamu sudah menyelamatkan saya. Jadi saya harus pastikan keadaan kamu sembuh total," kata William tegas.
Ada rasa takut ketika bosnya berkata seperti itu. Karena ia memang tak nyaman berada disini. Lagian apa mungkin omnya akan di rawat selama ia sedang sakit seperti saat ini. Begitu banyak pertanyaan yang terus berputar di kepala Eliza sampai seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan dirinya.
Dokter Robert pun segera memeriksa keadaan Eliza. Beliau juga mengecek luka di tangan Eliza apakah sudah membaik ataupun belum.
"Untung saja keadaan pasien baik-baik saja. Semuanya sudah mulai terlihat pulih. Dan untuk luka di tangannya akan membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk sembuh total. Dan selain itu untuk 1-2 Minggu kedepan saya sarankan pasien tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat agar luka jahitnya mengering dan bisa segera sembuh total," kata dokter Robert menjelaskan.
"Baik. Pokoknya saya mau anda pastikan dia ditangani dengan sebaik-baiknya. Dan berikan pelayan yang terbaik agar bisa cepat sembuh." William pun seperti biasa memberi perintah.
"Baik tuan William. Saya akan lakukan yang terbaik," jawab dokter Robert patuh.
Setelah dokter Robert memeriksa kembali keadaan Eliza, ia pun segera meninggalkan Eliza dan William sendiri di kamar milik William.
"Maaf pak. Tapi kalau saya tidak bekerja bagaimana saya bisa dapat uang. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini untuk bisa hidup. Dan bagaimana keadaan om saya jika saya terus ada disini." Eliza pun mencoba bernegosiasi dengan William.
"Kamu tenang aja selama kamu melakukan perawatan semua biaya kehidupan kamu akan saya tanggung. Dan saya akan mengirim orang yang bisa merawat om kamu selama kamu tidak bisa merawatnya. Ini sebagai rasa terima kasih saya karena apa yang kamu lakukan untuk menyelamatkan saya." William pun menjawab pertanyaan dari Eliza.
Sepertinya Eliza tidak ada hal untuk bisa menolak perkataan dari bosnya. Karena percuma saja ia menolak karena bosnya akan memaksa. Jadi ia hanya bisa menerima. Dan ia akan berusaha untuk segera sembuh agar tak terlalu merepotkan lagi.
"Nona ini sarapannya. Kalau nona tidak suka dengan sarapannya bisa langsung bilang ke saya dan saya akan mengganti sarapan yang sesuai dengan selera nona," kata seorang wanita yang mengenakan seragam pelayan.
Pelayan di rumah ini membawa begitu banyak makanan yang dibawa ke ranjangnya karena kondisi Eliza yang belum sepenuhnya membaik.
"Makasih. Ini sudah lebih dari cukup," jawab Eliza dengan ramah.
"Kalau begitu selamat menikmati sarapannya. Jika nona butuh sesuatu bisa langsung panggil saya. Saya permisi dulu," kata pelayan itu.
Pelayan itu pergi meninggalkan kamar Eliza dan tersisa lah eliza yang sedang menikmati sarapannya. Sarapan yang diberikan sangat mewah dan enak. Ini bisa dibilang seperti makan di hotel berbintang. Walaupun Eliza belum pernah makan makanan di hotel berbintang tapi setidaknya ia pernah melihatnya walaupun hanya lewat internet.
Ketika sedang sibuk dengan makan paginya tiba-tiba ada seorang gadis masuk ke kamar itu.
"Hai perkenalkan nama aku Luna. Aku adik dari William Ritz. Kamu orang yang menyelamatkan kak Liam semalam ya?" tanya Luna duduk di samping ranjang Eliza.
"Iya nona Luna. Kebetulan saja saya berada di dekat pak William jadi saya hanya mencoba menangkis penjahat itu," jawab Eliza malu.
"Tapi gara-gara kamu kak Liam tidak terluka jadi aku ucapkan terima kasih. Dan jangan panggil aku nona. Panggil Luna aja. Sepertinya kita seumuran." Luna pun kembali berbincang dengan Eliza.
"Tapi itu tidak sopan nona. Bagaimana pun juga anda adalah bos saya jadi saya merasa tidak nyaman bila hanya memanggil nama saja," kata Eliza merasa tak nyaman.
"Gak papa kok. Panggil nama aja. Aku suka sama kamu. Kamu berteman dengan aku? Karena aku gak punya banyak teman. Dan sepertinya kamu teman yang baik buat aku," kata Luna sambil tersenyum.
"Saya jadi teman nona? Apakah saya pantas?" tanya Eliza lagi-lagi tak nyaman.
"Udah gak pa-pa. Jadi sekarang kita berteman ya? Aku senang deh akhirnya punya teman juga," kata Luna sumringah.
Dan setelah itu Luna dan Eliza terlihat sangat akrab dan Luna tampak nyaman berteman dengan Eliza. Ia tak pernah membandingkan orang dari apa yang ia punya. Baginya jika orang itu bisa membuatnya nyaman kenapa tidak?
Happy reading