Sudah hampir seminggu Eliza tinggal di rumah bosnya. Karena dokter yang memang belum mengizinkannya untuk melakukan pekerjaan yang berat. Selain itu juga adik dari sang bos sangat dekat dengan dirinya sehingga membuat dirinya diminta untuk tinggal dirumahnya terlebih dahulu.
"Om baik-baik aja kan? Maaf ya om hampir seminggu ini aku gak bisa merawat om karena tangan El belum begitu pilih. Dan dokter juga belum mengizinkan El untuk melakukan kegiatan yang berat. Tapi El akan usahakan pulang lebih cepat dan semoga saja bisa cepat sembuh juga," kata Eliza di ujung telepon.
"Om baik-baik aja El. Bos kamu baik sekali. Dia memberikan om perawat jadi perawat itu yang menjaga om. Jadi kamu gak usah khawatir sama keadaan om disini. Kamu baik-baik disana. Jaga kesehatan kamu dan tolong sampaikan rasa terima kasih om kepada bos kamu atas semua hal yang telah dilakukan untuk kita," pesan om Rudi.
"Iya om nanti El sampaikan sama bos El. Om juga harus jaga kesehatan. Jangan lupa obatnya diminum. El janji akan segera pulang dan ketemu sama om lagi," kata Eliza mencoba untuk tidak membuat omnya khawatir.
Sambungan telepon pun berhenti. Dan Eliza meletakkan hpnya di meja samping ranjangnya. Ia pun bangkit dari ranjang dan perlahan ia berdiri menghadap ke arah jendela untuk menikmati sinar matahari pagi. Ia ingat hari ini dokter Robert akan datang untuk melihat kondisinya. Dan Eliza berharap semoga saja kondisinya semakin membaik dan ia bisa segera pulang ke rumah. Ia juga merasa tak nyaman lama-lama tinggal disini. Ia merasa keluarga bosnya terlalu baik kepadanya. Terutama sang adik Aluna Ritz. Gadis yang memiliki paras cantik. Walaupun Luna bisa dikatakan gadis yang sempurna karena memiliki segalanya, ia tak pernah malu berteman dengan dirinya. Padahal Eliza tahu dirinya dan Luna memiliki status sosial yang berbeda jauh. Bayangkan saja siapa yang tidak mengenal keluarga Ritz yang merupakan keluarga kaya di negeri ini. Dan Luna yang merupakan putri dari keluarga Ritz ini sangat dilimpahkan dengan begitu banyak harta yang begitu banyaknya. Mungkin jika Luna bersikap serakah ia bisa meminta kepada kakaknya untuk membelikan sebuah pulau dan Eliza yakin kakaknya yang notabennya adalah bosnya itu pasti dengan senang hati akan membelikannya. Karena beberapa hari tinggal disini, Eliza menemukan sisi lain dari bosnya ini. Mungkin di luar sana banyak orang yang beranggapan jika seorang William Ritz adalah sosok yang kejam dan datar tapi ketika ia bersama dengan sang adik sikapnya berubah menjadi penyayang dan hangat. Dan Eliza menyadari bahwa dibalik sikapnya yang terkesan ganas di luar sana tapi ketika ia bersama sang adik bosnya berubah total.
Eliza kembali melihat ke arah luar. Dan ketika ia melihat arah luar tanpa disengaja pandangan matanya menatap mata bosnya yang sedang joging pagi ini. Mata abu-abu itu seakan menghipnotis Eliza untykn memandang. Dan tiba-tiba jantungnya berdebar hanya dengan melihat mata abu-abu itu. Eliza lalu memutus pandangan mata dengan mata bosnya karena ia merasa malu karena bosnya menatap balik ke arahnya.
"El apa yang kamu lakukan? Kenapa tiba-tiba jantung aku jadi berdebar-debar gini?" Eliza pun berbicara pada dirinya sendiri.
Sementara itu William yang memang setiap pagi selalu menyempatkan waktu untuk joging di sekitar rumahnya. Dan pagi ini seperti biasa ia joging sebelum memulai aktivitas selanjutnya. Tapi untung saja hari ini hari Sabtu jadi William tidak usah buru-buru pergi ke kantor. Mungkin ia hanya pergi ke beberapa tempat untuk mengecek beberapa project yang ia kerjakan. Dan ketika ia berlari tanpa ia sengaja pandangan matanya tertuju pada sorot mata coklat terang yang sedang menatapnya. Mata coklat terang milik seorang gadis yang beberapa hari ini tinggal dirumahnya. Gadis yang entah kenapa membuat William merasa nyaman dengan kehadiran gadis itu. Apalagi gadis itu sekarang sangat dekat dengan adiknya. Dan untuk pertama kali William kembali melihat adiknya tersenyum lepas lagi setelah sekian lama ia tak pernah melihat senyum lepas itu. Dan itu semua gara-gara kehadiran gadis yang bernama Eliza Zachri.
William dapat melihat jika Eliza kaget ketika dirinya menatap balik ke arahnya. Untuk sekian detik mereka saling berpandangan waluapun jarak mereka jauh tapi entah kenapa William merasa sangat dekat Eliza. Dan tak berapa lama Eliza pun memilih untuk berhenti menatap William dan pergi dari jendela.
"Luka nona Eliza sudah jauh lebih baik. Mungkin beberapa hari kedepan luka jahitnya bisa dibuka dan kita lihat lagi gimana hasilnya. Jadi untuk sementara lukanya masih saya perban. Mungkin 2 atau 3 hari kedepan lukanya sudah kering dan perbannya bisa dibuka," kata dokter Robert menjelaskan.
"Terima kasih dokter. Saya hanya ingin bisa segera sembuh agar bisa pulang. Saya sudah rindu dengan om saya. Saya gak tega membiarkan om saya sendirian di rumah. Walaupum Pak William sudah memberikan perawat untuk menjaganya." Eliza pun kembali mengutarakan perasaannya.
"Saya tahu nona. Jadi semoga saja luka nona sudah kering dan bisa kembali seperti semula," kata dokter Robert mengerti maksud Eliza.
Eliza pun mengangguk tanda mengerti dengan maksud dokter Robert.
"Dan pastikan nona habiskan obat yang saya resepkan kepada nona. Karena obat itu juga membantu kesembuhan nona agar lebih cepat sembuh," kata dokter Robert mengingatkan sebelum pergi.
Tak berapa lama dokter Robert pergi dan meninggalkan Eliza di kamar. Tak berapa lama Luna masuk ke kamar Eliza dengan suaranya yang riang.
"El kita jalan yuk? Aku mau cari gaun buat acara pertunangan sepupu aku nanti malam. Kamu juga beli gaun aja sekalian nanti malam kamu ikut aku ke acara pertunangan sepupu aku sekalian aja," kata Luna dengan semangat.
"Gak usah Luna. Aku gak pantas datang ke acara seperti itu. Lagian aku juga gak kenal siapa-siapa disana." Eliza pun menolak permintaan Luna.
"Ayolah El. Kamu cukup temenin aku aja. Sebenarnya aku berangkat sama kak Liam tapi disana pasti dia akan lebih sibuk bahas bisnis sama saudaranya yang lain. Dan aku juga gak terlalu akrab dengan sepupu aku ini. Bisa dikatakan aku gak suka sama dia." Luna pun berkata sambil berbisik.
"Maksud kamu apa? Kenapa kamu gak suka sama sepupu kamu?" tanya Eliza tidak mengerti.
"Jadi sebenarnya sepupu aku yang tunangan ini punya kakak perempuan dan kakak perempuan ini tuh naksir berat sama kak Liam. Dan aku tahu banget siapa kakak dari sepupu aku ini. Kakak dari sepupu aku ini orangnya sok banget. Dan yang pasti dia suka sama kak Liam karena kamu tahu sendiri Kak Liam adalah sosok laki-laki yang sayang untuk di lewatkan. Dan aku gak suka itu." Luna bercerita sambil menahan amarahnya.
"Ya wajar saja Luna. Pak William memang sosok laki-laki yang sempurna. Bisa di bilang pak William memiliki segalanya. Wanita mana yang tidak mau memiliki pendamping seperti pak William," kata Eliza menanggapi cerita Luna.
"Kamu benar kalau soal itu. Maka dari itu aku gak mau kak Liam salah pilih calon istri. Gimana kalau kamu aja yang menjadi pendamping kak Liam. Aku yakin kamu adalah calon pendamping yang cocok buat kak Liam. Kamu belum punya pacar kan El?" tanya Luna penasaran.
"Hahhh...."
Eliza kaget ketika Luna berbicara seperti itu. Bisa-bisanya adik dari bosnya itu bisa berpikiran jika dirinya adalah calon yang cocok untuk menjadi pendamping hidup sang kakak. Tentu saja Eliza merasa kaget dan bingung dengan pertanyaan Luna.
"Siapa yang cocok jadi pendamping hidup kakak Luna?" tanya William yang tiba-tiba masuk ke kamar Eliza.
Wah Luna malah jodohin Eliza sama kakaknya....
Kira-kira berhasil gak ya?
Happy reading