3

1290 Kata
Eliza merasa laki-laki di depannya terus saja memandangnya dengan lekat. Dan itu membuat Eliza merasa tidak nyaman. Bahkan ketika banyak wanita cantik yang mengelilinginya tapi Eliza masih merasa laki-laki itu memandangnya dengan lekat. Seakan-akan ia memandangnya dengan cara menelanjanginya. Dan ini baru pertama kali Eliza rasakan. Eliza mencoba fokus dengan pekerjaannya dan tak menghiraukan pandangan dari laki-laki itu. Walaupun kalau boleh jujur laki-laki yang memandangnya adalah laki-laki yang tampan dan seksi. Eliza menggelengkan kepalanya karena ia tak mau berpikiran yang aneh-aneh. Eliza memilih kembali fokus dengan pekerjaannya. Semakin cepat ia selesai maka ia bisa sekalian bisa pulang. Karena ia sudah merasa lelah karena seharian ia sangat bekerja keras. Sementara itu William terus saja memandang gadis penjual roti di hadapannya itu. Entah kenapa seperti ada magnet yang membuat William tertarik pada gadis itu. Secara penampilan ia jauh dari kata seksi seperti kebanyakan wanita yang ia kenal. Tapi entah kenapa ia merasa tertarik dengan pembawaan gadis itu. Penampilannya yang sangat sederhana justru menarik hatinya untuk tahu siapa gadis itu. Apalagi ketika gadis itu tersenyum entah kenapa tanpa William sadari ia juga ikut tersenyum. Dan yang paling membuatnya penasaran adalah mata coklat terang yang mengingatkan William dengan gadis kecil yang masih ia cari. "Liam, gimana kalau malam ini kita menghabiskan malam bersama?" tanya Jennifer yang terus saja berdempetan dengan William. Sebagai seorang laki-laki ia tentu akan tergoda dengan wanita seksi seperti Jennifer. Apalagi sedari tadi Jennifer terus berusaha menggoda dirinya untuk setidaknya menghabiskan malam bersama. Tapi entah kenapa kali ini ia tak tertarik dengan ajakan Jennifer. Malah ia semakin intens memandang gadis penjual roti di seberang sana yang tampak ramah melayani para costumernya. "Sorry Jen saya tidak bisa. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan."William langsung menolak ajakan Jennifer. "Lagi-lagi kamu menolak ajakan aku. Padahal aku udah menyiapkan kado khusus buat kamu bila kita bisa menghabiskan malam bersama," kata Jennifer terus saja menggoda William. "No Jenn. Saya pergi sekarang. Sekali lagi selamat ulang tahun dalam sampaikan pesan saya kepada tuan Arthur." William memilih pergi dari tempat itu daripada lama-lama berurusan dengan Jennifer. William pun kembali menatap wajah cantik gadis penjual roti itu yang entah kenapa sudah mencuri perhatian seorang William Ritz. Ia harus mencari tahu tentang gadis itu. Karena mulai detik ini gadis itu adalah miliknya. Dan ia akan pastikan gadis itu jadi miliknya. "Xander kita pulang. Dan satu lagi kamu cari info tentang gadis penjual roti itu. Saya mau tahu tentang dia selengkapnya," perintah William tegas. "Baik tuan akan saya laksanakan," jawab Xander patuh. William pun segera masuk ke mobilnya dan kembali ke rumah karena ia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum ia selesaikan. Selain itu malam ini ia ingin berbicara dengan Luna. Dan akan sedikit menghabiskan waktu dengan Luna sebentar. "Ahhhhh akhirnya kelar juga," kata Eliza setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya. "Iya mbak. Akhirnya selesai juga. Kayaknya waktunya lebih lama daripada yang bapak kira ya?" tanya Pak Tono yang ikut membantu memasukan beberapa peralatan. "Iya pak tadi lebih lama 1 jam. Mungkin karena ini pesta orang penting jadi tamunya datangnya lebih malam. Orang kaya emang beda ya pak. Ulang tahun aja dirayain besar-besaran sedangkan kita jangankan buat ngerayain ulang tahun besok sudah dapat uang buat makan aja udah bersyukur banget." Eliza pun menjawab pertanyaan Pak Tono sambil tersenyum. "Iya. Mbak Eliza benar banget. Buat kita-kita ini udah bisa makan aja udah bersyukur banget ya mbak," jawab Pak Tono dengan logat jawanya yang medok. Eliza dan Pak Tono pun segera memasukkan semua peralatan toko yang mereka bawa tadi ke dalam mobil. Dan setelah itu mereka pun meluncur pulang. "Bang Doel nasi goreng 4 ya," Pesan Eliza pada penjual nasi goreng langganannya. "Siap neng Eliza," jawab Bang Doel. Bang Doel adalah penjual nasi goreng favoritnya. Selain murah tapi nasi gorengnya juga enak. Apalagi porsinya yang lumayan banyak dijamin perut akan kenyang. "Ini neng nasi gorengnya," kata Bang Doel menyerahkan nasi gorengnya. "Makasi bang. Ini uangnya. Kalau gitu aku pulang dulu." Eliza pun langsung pergi setelah mendapat nasi goreng pesanannya. "Pak Tono maaf ya nunggu lama. Ini nasi goreng buat bapak sama Andy. Tadi aku beli banyak jadi 2 buat bapak. Bapak juga tadi belum makan kan?" tanya Eliza penuh perhatian. "Wah mbak Eliza repot-repot segala. Nanti uang mbak Eliza bisa habis kalau beliin nasi goreng buat bapak dan Andy," kata Pak Tono sungkan. "Udah gak papa. Bapak tenang aja. Tabungan aku masih banyak jadi cuma beliin bapak nasi goreng masih bisa kok. Lagian harga nasi gorengnya ga begitu mahal tapi aku jamin rasanya enak banget." Eliza pun kembali meyakinkan Pak Tono. "Sekali lagi makasih ya mbak Eliza. Selama ini Mbak banyak membantu saya dan Andy. Semenjak istri saya meninggal 1 tahun yang lalu mbak Eliza yang selalu bantu saya. Mbak juga mau mengajari Andy belajar tanpa harus minta bayaran," kata Pak Tono terharu. "Udah pak gak usah di bahas. Kalau saya bisa bantu yang kenapa enggak. Yang penting bapak sekarang harus semangat kerja buat Andy. Karena Andy sekarang cuma punya bapak. Dan saya lihat Andy anaknya giat belajar. Jadi saya yakin ia akan jadi orang sukses suatu hari nanti," kata Eliza menyemangati Pak Tono. Tampak Pak Tono berkaca-kaca mendengar kata-kata dari Eliza. Semenjak istrinya meninggal otomatis dirinya memiliki peran ganda. Selain sebagai ayah dan juga ibu. Tapi ia sangat bersyukur anaknya Andy adalah anak yang penurut dan mandiri jadi ia tak perlu khawatir. Tugasnya sekarang adalah bekerja keras agar Andy bisa mendapatkan pendidikan dan hidup yang layak. Eliza baru saja sampai ke rumah. Setelah meletakkan tasnya ia segera ke dapur untuk mengambil piring sebagai tempat ia makan nasi goreng bersama om Rudi. "Om maaf ya Eliza pulangnya agak telat jadi makan malam om juga telat deh," kata Eliza ketika berada di kamar omnya. "Gak papa. Om juga udah makan Snack yang kamu kasih. Harusnya om yang minta maaf gara-gara om sakit kayak gini jadi kamu yang harus kerja keras. Om merasa bersalah sama papa dan mama kamu," kata Om Rudi merasa bersalah. "Udahlah om. Eliza ga papa kok. Sekarang om makan dulu nanti keburu gak enak nasi gorengnya." Eliza pun menyuapi omnya nasi goreng yang ia beli. Dengan telaten Eliza menyuapi sang om. Ia begitu perhatian kepada sang om daripada istri dan anaknya yang sampai jam segini belum juga pulang. Eliza yakin pasti mereka sedang berfoya-foya dengan uang dari para lelaki hidung belang yang memakai jasa mereka. Terkadang Eliza merasa jijik mempunyai Tante dan sepupu seperti mereka tapi Eliza lebih memilih tak peduli tentang kehidupan mereka. Karena mereka pun tak memperdulikan dirinya dan sang om. Jadi sekarang Eliza kerja keras agar kehidupannya jauh lebih baik dan bisa memberikan perawatan yang baik buat Om Rudi. Eliza baru saja selesai mandi ketika ia mendengar suara gaduh di ruang tamu. Eliza melihat jam dan ternyata sekarang sudah pukul 11 malam. Eliza pun mencoba melihat keluar dan ketika ia melihat keluar ia melihat Tante dan sepupunya sudah pulang dan membawa banyak barang belanjaan. "Ma, bajunya bagus ya?" kata Marissa senang. "Iya sayang. Wah ternyata Om Robert royal juga ya sama kamu. Pokoknya kamu harus terus menggoda om Robert dan jangan biarkan dia pergi dari kamu. Karena ia bisa jadi pohon uang buat kita," kata Tante Susi tak kalah senang. "Pasti mah. Apalagi kata Om Robert aku mau dibeliin apartemen. Jadi kita bisa pergi dari rumah kumuh ini," kata Marrisa sombong. "Kamu benar sayang. Mama juga udah muak tinggal disini apalagi harus ngurusin papa kamu yang penyakitan. Terus ketemu si perempuan pemberontak kayak Eliza. Mama benar-benar sudah muak," kata Tante Susi tidak suka. "Kalau kalian muak tinggal disini kenapa ga pergi jauh dari rumah ini. Lagian kalian tak di harapkan tinggal disini. Karena ini rumah papa dan mama aku. Sedangkan kalian hanya menumpang," kata Eliza menyindir Tante dan sepupunya. "Kamu," teriak Tante Susi marah. "Udah ma gak usah diurusin. Cewek kayak gitu selamanya akan hidup susah. Ga akan pernah bisa ngerasain kehidupan mewah seperti kita," kata Marissa menarik sang mama ke kamar. Marisa dan Tante Susi meninggalkan Eliza dan segera masuk ke kamar. Sedangkan Eliza puas telah menyindir Tante dan sepupunya. Karena bagi Eliza mereka hanya benalu.. Happy reading
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN