Dua Janji

1550 Kata

Bus sudah sampai di sekolah Trinity. Aku segera turun dan sekaligus mengabsen mereka semua. "Mau aku tungguin?" Kak Gibran berada di dampingku. Ku harap laki laki itu tidak akan membuat kepala ini mendidih. Karena kalau sekali saja ia berulah, maka sudah dipastikan aku akan menendang bokongnya. Hanya aku berikan senyuman kecil, kemudian menggeleng dengan gerak tangan memperlisakannya pergi terlebih dahulu. "Silakan pintunya terbuka lebar." ucapku dingin. "Apa aku enggak boleh menunggu kamu di sini?" tanya nya dengan suara seperti orang yang sedang putus asa. "Kamu mau tanding, dan karena itu, kamu harus segera pergi dari sini!" Aku tidak lagi mau beramah taman padanya, dengan suara tegas dan dingin kali ini aku mengusirnya. "Aku bukan anak kecil yang harus kamu temani." Kulihat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN