Aku tidak tahu apakah laki laki itu merasa tersindir atau tidak. Namun sepertinya memang terlihat seperti itu. Mimik wajahnya terlihat buram dan juga kedua rahangnya mengeras. Dia menatap padaku dengan tatapan kemarahan. Dan aku menanggapi itu dengan sebuah senyuman tipis. Ia pikir, ia siapa. AKu jelas enggak takut padanya, karena aku memang tidak bersalah. Aku justru mengingatkannya bahwa istrinya telah berjuang sangat hebat untuk melahairkan anaknya. Kemudian ia dengan gilanya telah berselingkuh dan menyakiti perempuan yang telah memberikannya seorang anak. Ketika istirahat, aku memang masih belum bisa keluar dari kubikelku, karena aku masih sibuk. Ku rasakan sebuah langkah mendekat. Dan ternyata itu adalah Pak Barata. "Kamu tadi menyindir saya?" tanya nya. "Nyindir apa ya pak?" ak