Sore itu, cahaya matahari menembus tirai apartemen, membasahi ruang tamu dengan kilau hangat. Nayla baru saja keluar dari kamar mandi, rambut masih basah, tubuh masih terbungkus handuk tipis. Ia melangkah pelan ke sofa, matanya mencari Adrian yang duduk santai sambil menatap layar ponsel dengan serius. “Apa tuh?” tanya Nayla, nada suaranya setengah ingin bercanda, setengah penasaran. Adrian menoleh, menatap Nayla lekat-lekat dengan mata gelap yang sulit ditebak. “Ada email … dari Jepang,” jawabnya, suaranya rendah tapi tegas. Jantung Nayla langsung berdetak lebih kencang. Ada sesuatu di nada suara Adrian yang membuatnya waspada. “Email apa?” tanyanya lagi, lebih hati-hati kali ini. Adrian mencondongkan tubuh sedikit, menatap ponsel di tangannya, lalu menyodorkannya ke Nayla. “Universit