“Rian … itu wajannya juga korban?” tanyanya lembut, setengah bercanda. Adrian mengangguk lemas. “Korban pertama … dan terakhir,” gumamnya. Nayla melangkah, mengambil spatula dari tangan Adrian. Saat tangan mereka bersentuhan, ia menatap mata suaminya. “Biar aku yang beresin.” Tapi Adrian menahan tangan Nayla, senyum tipis bermain di bibirnya. “Kamu kan tadi udah masak minggu lalu. Sekarang biar aku. Tapi kita masak bareng. Tim sarapan kacau, tapi romantis.” Nayla tertawa kecil. “Oke. Tapi aku yang pegang spatula.” Adrian menyengir nakal. “Aku yang pegang… kamu.” Ketika Nayla menoleh, Adrian langsung menempelkan bibirnya ke bibir Nayla. Ciuman itu dimulai pelan, lembut, tapi dengan cepat berubah dalam. Tangannya menempel di pinggangnya, menariknya lebih dekat. Nayla sempat mendorong