Permintaan Maaf

1067 Kata

Ruang kelas itu nyaris penuh. Deretan kursi kayu berderit pelan saat mahasiswa menggeser tempat duduk, sementara aroma spidol dan kopi sachet yang tumpah dari mug di sudut meja bercampur di udara. Semua mata tertuju pada dosen muda di depan papan tulis. Adrian, dengan kemeja biru lengan digulung dan lesung pipi yang muncul setiap kali ia tersenyum tipis, memutar spidol di jarinya seperti pesulap santai. Namun hari ini Nayla tidak duduk di bangku depan seperti biasanya. Tidak ada posisi strategis untuk menatap Adrian sambil pura-pura mencatat. Sebaliknya, ia memilih masuk belakangan, menyelip di antara mahasiswa lain, lalu duduk di barisan paling belakang. Hoodie berwarna baby pink ia tarik menutupi sebagian wajahnya. Tatapannya kosong—atau setidaknya ia berharap begitu—meski di dalam kep

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN