Pelan-pelan Mencintai Lagi.

1336 Kata

“Teater sore ini kayaknya seru, deh. Tapi kalau kamu sibuk ... ya udah, aku nonton sendiri aja,” kata Nayla santai, sambil memutar sedotan es kopi s**u di gelas plastiknya. Buih tipis di permukaan kopi bergoyang pelan, mengikuti gerakan tangannya yang seolah acuh. Mereka duduk di kafe kecil dekat kampus, di meja pojok yang sudah seperti markas pribadi—sofa empuk yang sedikit kendur di satu sisi, aroma kopi yang menenangkan, dan colokan listrik yang selalu jadi rebutan mahasiswa lain. Beberapa hari terakhir, tanpa janji resmi, entah bagaimana mereka selalu berakhir duduk di sini. Kadang belajar bareng, kadang cuma mengobrol sampai lupa waktu, atau memesan seporsi kentang goreng yang akhirnya dimakan bergantian sampai tinggal remah. Adrian memandang Nayla dari seberang meja, alisnya terang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN