Pindahan ke Apartemen Adrian Langit sore Tokyo memerah pucat, udara menggigit tapi tidak menusuk. Adrian memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemen sederhana di distrik Setagaya. Di kursi belakang, ada dua koper besar, satu kardus buku, dan totebag yang nyaris tidak muat menampung semua kebutuhan hidup Nayla. "Yakin cuma ini barangmu?" tanya Adrian sambil mengangkat satu koper. "Kalau aku bawa semua, kamarmu nggak bakal muat, Rian." "Ya kan kamarmu di sini bukan kamarku," balasnya sambil tersenyum setengah. Mereka naik lift ke lantai lima. Adrian membuka pintu apartemennya—ruang tamu mungil, dapur kecil, dua kamar tidur dengan pintu geser, dan balkon yang menghadap taman kota. Hangatnya penghangat ruangan menyambut mereka, kontras dengan udara dingin di luar. "Nanti kamu di kamar