“Akhirnya … resmi juga ya kita jadi penghuni apartemen elite,” celetuk Nayla sambil menjatuhkan diri ke sofa abu-abu empuk yang sudah beraroma harum pengharum ruangan. Plastik pelindungnya sudah dilepas sejak Adrian menerima kunci, jadi sofa itu benar-benar mengundang untuk diduduki. Adrian meletakkan dua kardus terakhir di sudut dekat dapur. “Gak se-elite itu sayang. Ini hanya apartemen bintang empat, Sayang. Dua langkah ke balkon, tiga langkah ke dapur. Romantis, minimalis, dan ekonomis. Lengkap sama AC, perabot, tinggal bawa badan.” Nayla tersenyum lebar. “Tapi serius deh, ini pertama kalinya kita punya tempat sendiri. Gak perlu jaga suara, gak perlu takut ada yang denger.” Ucapan itu menggantung di udara. Tatapan mereka bertaut, dan ada semacam percikan tak kasat mata di antaranya.