Pagi itu, Adrian sudah bangun lebih dulu. Dari luar kamar, suaranya terdengar ringan tapi penuh semangat. “Nay, siap-siap ya! Aku mau ajak kamu ke tempat yang penting banget buat aku.” Nayla mengerjap dari balik selimut, matanya setengah terbuka. “Tempat penting? Kok kamu tiba-tiba terdengar serius?” Adrian tersenyum, suaranya sedikit menggoda. “Rahasia! Pokoknya jangan tanya dulu, kamu cuma perlu siap-siap.” Dengan malas-malasan tapi penasaran, Nayla segera bergegas. Pikiran tentang ‘tempat penting’ itu bikin hatinya berdebar tak menentu. Adrian dan Nayla berpamitan pada Riana. Setelah menyelesaikan sarapan mereka. Di perjalanan, Adrian jarang bicara, tapi sesekali ia melempar senyum dan tatapan hangat ke Nayla. Rasa penasaran Nayla makin menjadi-jadi, tapi ia memilih untuk diam, m