Zul mengangguk, tersenyum hangat. “Kamu sudah seperti anak kami sendiri, Adrian. Jangan segan datang kapan saja.” Rini menambahkan, “Kami juga berharap suatu saat bisa bertemu ibu kamu. Pasti seru kalau dua keluarga bisa saling kenal.” Adrian tersenyum penuh harap. “Aku juga ingin itu terjadi. Aku akan berusaha mempertemukan ibu ku dengan keluarga Nayla, supaya kita bisa benar-benar menyatukan dua keluarga.” Nayla meremas tangan Adrian pelan, ikut tersenyum. “Aku juga pengen, Bu, Yah. Semoga cepat terwujud.” Setelah itu, mereka saling berpamitan. Nayla dan Adrian berdiri di pintu, siap kembali ke mobil. “Maaf, aku harus segera kembali ke rumah, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan,” Adrian berkata, sambil membuka pintu mobil. “Jangan lupa istirahat ya, Nak,” Rini mengingatkan den