Sambel Cinta dan Wejangan Ajaib.

1125 Kata

Pagi itu apartemen terasa berbeda. Biasanya hanya ada suara gemericik shower dan bunyi ketikan laptop Adrian, tapi kali ini sudah ramai dengan denting panci beradu, desis minyak panas, dan wangi bawang tumis yang menyeruak ke segala penjuru. Nayla berdiri kikuk di ambang pintu dapur. Rambutnya masih basah karena baru cuci muka, tangan masih sedikit dingin. Ia tidak menyangka, mama mertuanya—Bu Ratna—sudah berkutat dengan bawang, cabai, dan panci besar seolah sedang menyiapkan hajatan. “Loh, Naylaaa! Masuk sini, jangan cuma berdiri. Ini dapurnya milikmu juga sekarang.” Suara Bu Ratna riang, pipinya merona karena panas wajan. Energinya seperti anak muda yang baru dapat ide gila. Nayla tersenyum canggung. “I-iya, Ma. Saya bantu apa ya?” “Heum, kamu bisa iris bawang, atau mau coba ngulek c

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN