Langit sore Jakarta menyambut dengan warna oranye keemasan yang lembut, seolah tahu bahwa dua hati yang pernah hancur kini kembali utuh. Udara hangat khas ibu kota langsung menyergap mereka begitu keluar dari pintu pesawat, membawa campuran aroma aspal, kopi bandara, dan sedikit debu yang berputar dihembus angin sore. Bandara Soekarno-Hatta, seperti biasa, masih dipenuhi suara koper berderit, panggilan boarding, dan aroma kopi dari kedai terdekat. Tapi bagi Adrian dan Nayla, semua keramaian itu seperti memudar. Yang mereka rasakan hanyalah langkah mereka yang saling beriringan—dan genggaman tangan yang tak mau lepas. Begitu pintu kedatangan terbuka, pemandangan pertama yang mereka lihat adalah papan sederhana bertuliskan “Welcome Home, Adrian & Nayla!” dengan gambar hati besar di bawahny