Hati yang Pasrah.

1091 Kata

“Kamu tenang aja,” bisiknya pelan. “Gini-gini, aku orangnya fun kok. Nggak se-kaku itu.” Nayla menoleh. Membalas dengan senyum tipis yang terlalu cepat. Terlalu sopan. Terlalu ... palsu. Jari-jarinya menggenggam kain kebaya di pangkuannya, erat—nyaris robek. Di dalam kepalanya, semuanya mulai kabur. Suara-suara di sekitar mendadak terdengar seperti gema yang memantul dari dinding kosong. Ruang ini terlalu megah. Langit-langitnya terlalu tinggi. Sofa-sofa beludru ini terlalu lembut. Lampu gantung terlalu terang, terlalu banyak bayangan. Senyuman orang-orang terlalu simetris, terlalu sempurna. Dan yang paling tidak pada tempatnya— kursi kosong di sebelahnya bukan milik Adrian. Kilasan ingatan datang tiba-tiba. Tajam. Jelas. Menyesakkan. Malam-malam di kos itu. Spaghetti yang t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN