"Kamu yakin, mau kembali ke Jakarta nanti sore? Tidak bekerja di sini saja?" tanya bapak pada Arman, aku yang membawa nampan berisi dua gelas teh hendak keluar rumah ke teras jadi menghentikan langkah. Tak terasa sudah 17 hari sejak pernikahan kami aku tinggal di sini, mama sudah berkali-kali menelepon mengingatkan agar aku dan Arman kembali ke Jakarta, Arman harus kembali mengurus perusahaan lagi, katanya. Karena Mas Adi Jaya mengundurkan diri. Dari tadi pagi kulihat wajah bapak tampak murung, karena akan ditinggal anaknya ke Jakarta. "Ya jadi, Pak, aku kan kerjanya di sana." Arman menjawab pelan. "Kerja di sini pun tetap hidup kamu, Ar. Yang penting si Melani tidak jauh-jauh darimu, kan?" "Ha ha. Iya, Pak, tapi mau bagaimana lagi, memang pekerjaanku di sana." "Pindah kerja di sin