34

1330 Kata

Aku dan Arman berpandangan dan sama-sama menggaruk kepala, bapak memalingkan muka ke arah lain. Benar-benar tidak nyaman kalau begini, mah. Ya masa bulan madu diikuti bapak. "Kenapa? Lha kok hanya diam-diaman sudah sampai di pantai. Ke sana, Ar." Bapak menuding pantai, lalu berjalan dengan tatapan lurus ke depan. Arman tersenyum padaku. "Ayo, Dik" ajaknya, ia menggandeng tanganku ke arah bapak yang sudah membalikkan badan menatap kemari. Kacamata hitam membuatku tak dapat melihat matanya sedang menatap tajam atau ... mengejek? Ah, jadi berburuk sangka karena tak dapat melihat mata bapak secara jelas. "Fotokan, Aaar!" Teriak bapak. Ibu, ayah dan Mama yang tengah minum es kelapa muda berteduh di bawah pohon memandang ke arah kami. Mereka tersenyum-senyum, ibu sesekali menggelengkan kep

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN