33

1345 Kata

Sepertinya bapak dengar, deh, ucapanku pada Arman tadi. Ya, ampuuun, membuatku semakin tidak enak hati saja. Aku kembali bergabung dengan Mama, ayah dan ibu, juga bapak yang tengah menyeruput teh, tentu saja aku berkali-kali menghindari tatap dengan bapak, sungguh tak nyaman. Entah apa yang dipikirkan bapak tentangku saat ini. Mama ternyata menangkap kegelisahanku, ia kan tahu aku tidak pernah naik-naik gunung. Ia pun memandang bapak. "Melani itu tidak pernah naik gunung, nanti malah menyusahkan Arman dan Mas saja." "Aku dulu juga tidak pernah naik gunung," sahut bapak, memandangku dengan wajah masam. "Tapi ya terserah yang mau bulan madu saja. Biar bapak telepon Arya kalau memang tidak mau. Karena memang dia yang mau bulan madu." Bapak meraih HPnya di meja kemudian menelepon. "A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN