24

1770 Kata

Nduk, bangun, Nduk." Baru saja aku memejamkan mata, bahuku diguncang-guncang. Sungguh aku sangat mengantuk, jadi menarik bantal lalu memeluknya erat. "Oalah Nduk, Nduk." Aku membuka mata sedikit dan kembali menutupnya. "Ngantuk, I-buuu." "Ya nanti tidur lagi kalau sudah beresan. Perempuan itu harus bangun pagi, Nduk, salat lalu masak." "Ibu aku lagi nggak sa-laaaat." Aku menguap lebar. Masih ngantuk banget digangguin. Ini gara-gara Arman mengirimkan pesan aku jadi berdebar-debar sampai gak bisa tidur. Baru saja tidur malah digangguin. Andai di rumah sendiri pasti bebas. Sungguh gak sabar segera menikah lalu kembali ke Jakarta. "Ayo, Nduk, bangun keburu bapak pulang dari masjib." Teringat lelaki berwajah selalu masam itu, aku sontak beranjak bangkit. Ibu menggeleng-geleng kepala sa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN