Itu karena aku salah tingkah, Armaan. Kami berpandangan dan sama-sama tertawa kecil. Lalu sama-sama terdiam, saling memandang, sama-sama tersenyum. Ya ampuun canggungnya. Dadaku sampai berdebar-debar gini. "Apaan, siiih," kataku saat dia kembali tersenyum. "Gak papa, Dik." Bibirnya melekuk senyum. Aku menatapnya cemberut. "A-paa?" Ia menggelengkan kepala. "Gak papa. Adik pernah ke gunung?" "Belum. Kamu?" "Sudah, ke gunung Tanggamus." "Oh." Aku menggaruk rambut, salah tingkah. "Adik ingin ke gunung?" "Apa?" Aku dengar sih, hanya tak menyangka ia mau mengajak ke gunung. Nanti kalau ada binatang buas lalu dimakan gimana? Hii, ngeri. "Ke gunung mau tidak?" Aku menggeleng tanpa ragu. "Nanti ketemu harimau lalu kita dimakan, lagi." Bahunya bergetar oleh tawa. "Ha ha. Gak mungkin. Ti