20

1358 Kata

Aku terus memasuk-masukkan pakaian ke dalam koper dengan cepat, sesekali membuang napas saking kesalnya pada sikap Arman. Dia itu terlalu kolot, munafik. Atau, memang gak normal? Aku mendesah jengkel, dengan cepat menutup koper lalu menarik resletingnya hingga menutup. Setelah itu menarik gagang koper keluar kamar. Aku menghentikan langkah saat bertemu tatap dengan Arman yang berjalan kemari. Dia memandangku dari atas ke bawah dengan kening berkerut. "Mau ke mana?" "Pulang ke Jakarta!" sahutku ketus. "Kenapa pulang?" Ia lagi-lagi menatapku. "Ar, kamu jujur aja deh. Sebenarnya, kamu hanya ingin main-main sama aku, kan? Iya, kan?" Ia menggeleng-gelengkan kepala, mengangkat tangannya yang tergenggam ke udara lalu membukanya. Kalung yang kubuang tadi di telapak tangannya. "Kenapa aku mel

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN