21

1663 Kata

Hening lagi-lagi menyelimuti kami. Aku semakin tak nyaman saja. Arman makan dengan tatapan ke piringnya, aku sesekali memandangnya yang hanya diam. Selesai makan, dia bawa piring-piring ke belakang. Aku membantunya membawa piring berisi bolu dan lambang sari, kuletakkan di lemari. "Ar." Yang kupanggil menoleh, wajahnya merah. Pasti sakit dipukuli bapak. Aku melangkah ke arahnya, dia langsung mundur dengan wajah kaget saat tanganku terangkat hendak menyentuh pipinya. "Mau apa?" Aku kembali mendekat, tanganku menyentuh pipinya. "Sakit, ya?" Aku mendongak memandangnya. Gara-gara aku, ia jadi sasaran amukan bapak. Arman menurunkan tanganku dari wajahnya. "Tidak." "Katanya gak marah sama aku, kok jawabnya dingin banget." Dia hanya menggelengkan kepala, kembali menggosok piring dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN