Bapak mengernyit heran saat aku dan Arman berjalan menuju ke arahnya yang berdiri di ambang pintu dapur. Tatapan bapak berlama-lama pada tangan Arman yang menenteng plastik transparan berisi ikan juga cumi dan udang. "Kamu apa mau jualan tho, Ar?" Bapak lagi-lagi mengernyit. Arman nyengir. Dia memandangku dan tersenyum. "Dik Melani yang minta, Pak." Tatapan bapak kini berpindah ke wajahku. "Jangan boros-boros, kamu tidak tahu hidupmu ke depannya, Mel." Aku mengangguk walau dalam hati ingin mengomentari. Ya masa makan sama tempe dan ikan asin terus, bosanlah. Bapak bergerak menyingkir dan kami pun masuk. Bapak mengikuti langkah Arman menuju kulkas. Mengernyit heran. "Lha kok langsung dimasukkan kulkas saja, dicuci dulu yang bersih, diletakkan di baskom dan dibumbui. Jadi kalau ing