31

1102 Kata

Aku terus memejamkan mata saat Arman mendaratkan kecupan pelan ke keningku. Ia terus mencium keningku, pipi, lalu ciumannya jatuh ke bibir, membuatku perlahan membuka mata. Jantungku berdetak kencang saat tatapan kami bertabrakan dan saling mengunci. Debar-debar tak biasa terasa di dadaku yang semakin menjadi saja. Biasanya, aku selalu merasakan ini saat sedang bersama Mas Adi. Sepertinya, mulai ada yang tak beres denganku. Ini seperti perasaan suka dan tertarik pada lawan jenis. Aku menjauhkan tubuh saat menyadari kemungkinannya dan menggeleng pelan. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Hanya Mas Adi Jaya yang kucintai. Arman tersenyum kecil, ia menarik tubuhku mendekat lalu mendekapku erat. Tangannya bergerak turun naik di rambutku. "Kenapa?" tanyanya pelan. "Nggak papa." Jemari Arm

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN