Eps. 8 Aturan Baru Di Bar

1219 Kata
Chris tak berani memberikan keputusan sendiri. Saat ini Kay ada di ruang belakang. Jadi, ia putuskan saja untuk bertanya pada pria itu terlebih dulu daripada salah. "Nona, tolong tunggu sebentar. Kebetulan sekali pasokan bir di sini habis," kilahnya menyanggah. "Ya, baik. Aku akan menunggunya dengan sabar di sini, kuharap ada pasokan di dalam sana." Pria dengan rambut hitam agak keriting itu kemudian masuk ke bagian belakang. Di dalam sana ada Kay yang menata beberapa botol minuman ke etalase. Tentu pria itu juga tahu bila ada seseorang yang masuk. "Ada apa? Apa ada stok yang habis? Stok apa yang habis, biar kucarikan," timpal Kay. "Bukan, semua stok masih. Hanya saja ada seorang gadis yang memesan bir. Padahal aturan di sini tidak boleh memberikan bir pada seorang wanita. Bagaimana?" "Kamu tidak bisa mengatasinya?" Chris geleng kepala. Tujuannya kemari sebenarnya ingin Kay yang turun tangan langsung. "Baiklah, biar aku atasi itu. Jika begitu kamu gantikan aku menata botol di sini." Chris mengangguk setuju. Kay lalu keluar dari ruangan, sedangkan Chris ganti menata botol bir ke etalase. Di ruangan bagian depan, terlihat Greta masih sabar menunggu pesanannya datang. Kay langsung bergeser ke sisi Greta. Tadi Chris memberitahu tempat duduk gadis yang memesan bir sebelum dia keluar tadi. "Kamu yang pesan bir?" Saat itu Greta duduk sedikit miring juga memunggungi, jadi dia tidak melihat siapa yang bicara saat ini. "Ya, apa pesananku sudah jadi?" Kay tidak melihat wajah gadis itu, lantas ia mengikis jarak agar bisa melihat wajahnya dengan jelas. "Rupanya kamu yang pesan." Saat itu Greta mengenakan kacamata, tapi Kay tetap bisa mengenalinya. Greta kalau mengajar terkadang mengenakan kacamata. Itu bukan kaca mata gaya, tapi asli kacamata baca. Dia miopi, minus setengah. Sebenarnya tak apa bila tak memakai kacamata. Tapi Greta tak ingin miopinya bertambah parah. "Ya, apa ada masalah?" Dari nada bicara bartender menunjukkan ada something, membuat Greta meluruskan posisinya untuk menatap sang bartender. Betapa terkejutnya dia setelah melihat siapa yang bicara dengannya saat ini. "Kamu rupanya." Sudut bibir Greta tertarik tipis ke samping. Sedari tadi dia menggerakkan bola mata dengan liar ke setiap sudut ruangan untuk mencari sosok Kay, namun tak menemukannya. Rupanya sekarang ia bisa bertemu dengan pria itu. Kay mengangkat sebelah alis gelapnya menatap Greta, lalu satu jari telunjuknya menunjuk ke arah dinding, di mana di sana terpampang sebuah pigura berisikan aturan. "Kamu coba baca aturan itu dulu." Greta pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Kay. Tulisan pada pigura itu sedikit besar dan jaraknya cukup dekat dari tempat duduknya, sehingga Greta bisa membaca dengan jelas. Greta menelan saliva dengan susah payah setelah selesai membaca. Baru ia tahu aturan itu di bar ini bila pengunjung wanita dilarang memesan minuman dengan alkohol kadar tinggi, dan hanya diperbolehkan memesan maksimal jenis mocktail saja. Kay sendiri baru membuat aturan tertulis itu didasari oleh pengalamannya membantu Greta yang sedang mabuk. Ia tak mau kasus seperti ini kembali terulang di luar sana. Bagaimana bila banyak pengunjung wanitanya yang keluar dalam kondisi mabuk? Belum tentu dia bisa mengendalikan semuanya di luar sana. Lantas setelahnya banyak laporan meresahkan tentang bar ini. Apa barnya tak akan ditutup? Ia hanya berusaha menyelamatkan bar dan tentunya melindungi para gadis dari pelecehan juga menjaga kesehatan mereka yang terpenting. "Aku baru tahu ada peraturan yang seperti itu. Hm." Greta lantas putar otak, sekarang mau pesan apa dia? Karena Greta lama berpikir dan pengunjung lain bedatangan, maka Kay memberikan arahan. Karena memang itu tugasnya merekomendasikan minuman yang tepat untuk pelanggannya. "Aku buatkan kamu sari buah apel saja. Itu bisa meredakan pikiran tegang, mem-booster mood, juga meningkatkan dopamine." Saat itu Kay sedikit mencondongkan tubuhnya lalu menggeser tubuhnya sedikit maju pada Greta. Belum ada respons, dan Kay tidak menunggu jawaban itu. Ia segera mengambil satu gelas juga shaker dan mulai meramu pesanan Greta. Perlu diketahui, jenis minuman sari apel di sini bukan sari apel biasa, tapi ini kreasi buatan Kay sendiri yang dibuat dari berbagai bahan tentunya. Ck! Greta hanya bisa berdecak merespons. Percuma juga bila ia rubah pesanan sekarang karena sudah diracik saat ini oleh Kay. Agak sebal sebenarnya tapi semua itu teralihkan dengan atraksi juggling Kay yang memukau saat meramu minuman. Membuatnya sampai tak berkedip selama beberapa detik. Jujur, atraksi itu cukup menghiburnya. Atraksi itu mampu mengikis penat di hatinya, juga sedih yang masih menyelimuti hatinya. "Ini pesananmu." Kay menyajikan sari buah apel khusus untuk Greta. "Aromanya manis sekali." Greta berpendapat setelah mengaduk dan mencium aroma manis yang menguar dari gelas kaca di hadapannya. "Coba cicipi itu." Greta mengangguk dan langsung menyesap sedikit sari buah apel. "Amazing. Ini benar-benar berbeda dari sari buah apel yang pernah aku minum selama ini." "Moodmu juga sudah baikan setelah minum itu." Kay mengedipkan sebelah mata dengan senyum tipis terkembang di bibir. Tugasnya selesai. Setelahnya ia beralih melayani pengunjung bar yang lain. Sesekali ia tatap Greta sembari meramu minuman untuk pengunjung. Entah, kenapa, pria tinggi atletis itu tersenyum sendiri melihat Greta. Dua jam setelahnya, Greta memutuskan untuk keluar dari bar, setelah gelas kedua sari apelnya habis. Hatinya yang berat oleh masalah kini terasa ringan, semua beban hidupnya seolah tersapu begitu saja. "Lain kali bila pikiranku sumpek sebaiknya aku pergi ke sini saja. Sari apel tadi manjur sekali. Aku tak menyangka, pria itu punya tangan kreatif." Greta berada di tempat parkir. Ia sudah duduk di motor, lalu melaju motor maticnya itu menuju ke rumah. Di luar bar, ada sepasang kekasih yang baru saja pulang lembur dan ingin meredakan sejenak pikiran tegang mereka. Berkutat dengan angka seharian membuatnya lelah juga sedikit frustasi. "Sayang, aku mau coba minum di sini," ujar seorang gadis berambut pendek, sedikit merengek pada kekasihnya di depan bar. "Kamu yakin mau minum di sini?" "Aku rasa ini bar baru. Aku baru melihatnya beberapa hari ini. Tak ada salahnya kita mencoba, bukan? Siapa tahu saja kita cocok dengan rasanya, Neil." Mereka berdua memang orang yang saat ini paling dibenci oleh Greta. Beruntung mereka tidak bertemu. Bila saja mereka bertemu, mungkin saja akan pecah perang dunia ketiga di sini. Neil dan Greta lalu masuk, menuju ke kursi kosong. Bartender sudah datang menghampiri untuk mernanyakan apa pesanan mereka. "Satu kocktail." Neil yang bicara menyuarakan pesanannya. "Satu mocktail." Siska memilih pesanan setelah membaca aturan yang ada di bar yang tidak memperbolehkan pengunjung wanita memesan minuman dengan kadar alkohol tinggi. "Siap, mohon ditunggu." Saat itu yang melayani mereka adalah Benji. Sedangkan Chris dan Kay saat ini melayani pengunjung lain. Chris meramu pesanan Neil dan Siska selama beberapa menit hingga pesanan mereka berdua jadi. "Ini pesanannya." Chris membawa dua gelas pesanan Neil dan Siska. "Terima kasih." Neil langsung mengambil gelas berisi mocktail, menenggaknya sampai habis. Sedangkan Siska menyesap sedikit cocktail yang ada di hadapannya, karena merasakan rasa yang begitu ringan juga dan lembut, membuatnya kembali menyesap gelas berisi cocktail. Lantas ia kembali menatap Neil yang tampak sudah menghabiskan moctail dalam genggaman tangan. "Rasanya lumayan di sini. Mirip dengan buatan pub di sebuah hotel." "Aku juga merasa begitu. Mungkin tempat ini bisa dijadikan rekomendasi lain kali bila kita ingin minum ringan." Siska kemudian menjelajahkan pandangan menatap ke sekitar. Menurutnya dekorasi bar ini juga bagus, desain interior bertekstur modern. Netranya kemudian terkunci pada sosok bartender yang ada di ujung sana. "Neil, coba lihat itu yang di sana!" tunjuk Siska pada seorang bartender yang ada di ujung. Neil lalu mengalihkan pandangan ke arah jari telunjuk Siska menunjuk. "Astaga! Bukankah itu pria yang Greta sebut sebagai pacarnya? Rupanya profesi pria itu hanya sebagai bartender saja?!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN