Eps. 9 Membalas Greta

1225 Kata
Neil tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meski hanya bertemu sekali dengan Kay, tapi dia masih ingat dengan jelas paras pria itu, paras pria yang mengaku sebagai pacar eks-nya, entah itu pacar sungguhan atau sekadar pelarian saja? Siapa yang tahu! "Ck! Aku tak menyangka sama sekali. Pria tampan itu ternyata hanya seorang bartender saja. Dia berselingkuh darimu hanya demi seorang bartender," cibir Siska dengan penuh penekanan pada kata bartender. Wanita bermata sipit itu selama ini menilai segala sesuatunya dari penampilan saja. Tentu dia juga gila harta. menurutnya sendiri seorang bartender merupakan profesi yang lebih rendah dari seorang petugas administrasi. Tentunya itu jauh di bawah Neil. "Biar kupastikan saja dulu." Neil bangkit dari tempat duduknya. "Kamu mau ke mana?" Siska menarik tangan Neil, seakan enggan ditinggal pergi olehnya. "Kamu tunggu di sini saja. Ini tak akan lama." Neil melepaskan tangan Siska dari pergelangan tangannya. Siska hanya bisa diam melihat Neil yang kini pergi meninggalkannya dan bergeser ke tempat Kay berada. "Permisi, aku mau tambah satu gelas mocktail lagi." Neil datang tidak dengan tangan kosong tapi dia memegang gelas martininya yang sudah kosong, lalu menaruh ke meja dengan sedikit sentakan. Kay saat itu sedang sibuk mengelap gelas kaca sampai mengkilap, tidak begitu perhatian dengan pengunjung yang satu ini. "Baik, biar rekanku yang yang buatkan mocktailnya." Kay enggan meninggalkan pekerjaan yang kurang sedikit lagi selesai. "Aku ingin dibuatkan olehmu saja." Kay akhirnya menaruh satu gelas terakhir ke meja karena pengunjung ini berkeras ingin dibuatkan olehnya. Kenapa? Kay menatap lurus pengunjung yang ada di hadapannya hingga membuatnya tercenung. Ia merasa familier dengan pria yang kini menatapnya tajam, seolah mengenalnya juga punya urusan dengannya. Siapa dia? Di bar, Kay bertemu ratusan orang dalam beberapa hari. Itu pun dengan wajah baru yang sering berganti, meski beberapa ia hafal karena rutin datang ke bar. Butuh waktu baginya untuk mengingat seseorang. Neil, pria dengan bulu tipis yang tumbuh pada tulang rahang itu, kini tersenyum remeh menatap Kay. Sumpah demi apapun, meski pria itu tak berkata sesuatu tapi dari tatapan matanya juga senyum remehnya, Kay bisa menilai sendiri arti dari itu semua. Kenapa pria ini terkesan meremehkanku juga seolah menantangku? Kay masih terdiam dan mencoba mengingat kembali siapa lelaki sok di depannya ini. "Kamu ... pria itu rupanya." Barulah Kay ingat bila ini adalah Neil, eks kekasih Greta. "Senang, kamu akhirnya mengingatku juga. Ingatanmu bagus juga untuk sekelas bartender." Jangan lupakan senyum remeh yang kembali terbit di bibir Neil. Plus tangan pria itu yang kini berada di bahu Kay, menepuknya keras. Sungguh, itu semakin membuat Kay kesal. Bila saja mereka berhadapan di luar bar, sudah pasti ia akan mematahkan tangan itu. Tapi saat ini, Kay menatap tajam tangan tersebut lalu menyingkirkannya dengan cepat dari bahunya. "Apa maksud kamu, bila kamu tidak ingin memesan mocktail dan ingin membahas masalah lain sebaiknya tunggu di luar saja aku akan buat perhitungan denganmu." Tatapan lembut Kay dalam waktu cepat berubah menjadi tajam kala menatap Neil. Dia benar-benar tersinggung dengan perlakuan pria itu. Bila saja bukan pengunjung bar, tentu akan ia sikat pria itu saat ini juga. "Tentu aku mau pesan mocktail." Tanpa menjawab lalu Kay mengambil gelas bekas Neil dan mengisinya dengan ramuan yang ia racik. Kamu pria yang sudah membuat Greta nyaris gila. Dan yang kamu tahu aku memang pacar wanita itu. Jadi, tak masalah bila aku mengejekmu, bukan? Anggap saja kita impas barusan. Kay menuang ramuan ke shaker. Ia lantas menuang isinya ke bagian pony shot dan tetap menaruh sisanya pada bagian jigger shot yang merupakan sebutan dua sisi untuk shaker setelah atraksi juggling-nya yang memukau. Tanpa sepengetahuan Neil, Kay mencampurkan sebuah ramuan rahasia di dalamnya untuk membuat Neil jera. "Ini minuman yang kamu pesan." Kay selesai meramu pesanan Neil, lalu menyajikannya di meja. Jangan lupakan senyum tipis yang kini mengembang di bibir Kay. Ia benar-benar puas, telah sukses menambahkan campuran yang bisa membuat perut tidak nyaman. Itu harus Neil rasakan karena berani meremehkan dirinya. Apapun alasannya itu. "Semoga saja setelah selingkuh denganmu, Greta akan selingkuh dengan pria lain." Neil mengambil gelas Martini yang ada di depannya lalu mengangkatnya persis di depan Kay dengan tatapan mengejek. Pria itu berhasil membuat Kay geram. Membuat Kay sampai memajukan tubuhnya, hanya untuk bicara di samping telinga Neil. "Aku pastikan wanita itu takkan pernah selingkuh dariku. Karena aku lebih bisa memuaskannya tinimbang dirimu. Kamu membuang mutiara dan lebih memilih sampah. Ingat jangan pernah kamu pungut lagi mutiara ya g telah kamu lempar." Setelahnya, Neil menarik kembali tubuhnya mundur. Padahal ia tak melakukan apapun dengan Greta. Semua ia lakukan hanya untuk membuat down Neil. Tampak tulang rahang Neil sedikit mengeras dengan perkataan tersebut. Jujur, hatinya sedikit panas dengan ucapan Kay. Lantas, ia kemudian berbalik dan meninggalkan Kay tanpa berucap sepatah kata pun, kembali ke sisi Siska. "Apa yang kamu bicarakan dengannya? Itu lama sekali," celoteh Siska kala Neil kembali duduk di sampingnya. "Tak ada pembicaraan yang berarti. Kita habiskan minumnya setelah itu pulang untuk bersenang-senang." Neil kemudian menghabiskan mocktail dalam genggaman tangannya dalam sekali tenggak. Beberapa menit sesudahnya gelas yang ada di tangan Siska juga kosong. "Ayo, kita pulang untuk bersenang-senang sekarang." Neil beranjak dari duduknya, Siska mengikuti pria itu berjalan keluar dari bar. Mereka masuk ke sebuah mobil yang terparkir di depan. Baru saja mobil melaju beberapa meter, tiba-tiba Neil mengurangi kecepatan. "Ada apa?" lontar Siska. "Entah, perutku sekarang rasanya panas juga seperti diremas-remas." Satu tangan Neil lepas dari kemudi dan beralih memegang perut. "Hari ini kamu minum tiga gelas mocktail. Aku rasa mungkin karena itu perutmu sakit sekarang." Neil hanya mengangguki dugaan Siska yang menurutnya ada benarnya juga. Bahkan saat ini ia mulai merasa tubuhnya panas. *** Pagi hari di kampus Greta. Gadis bermata bulat dengan rambut lurus cokelat segera itu masuk melewati gerbang kampus setelah keluar dari tempat parkir. Aneh, di sana ada Siska yang berdiri mematung. Entah, apakah wanita itu memang sedang menunggu seseorang, menunggu Neil atau menunggu siapa? Tempat parkir di sana terpisah dan agak jauh dari gerbang masuk kampus. Jadi banyak yang menunggu di gerbang masuk pindah berangkat berdua dengan seseorang. Tepat di saat Greta menapakkan kaki di gerbang masuk, Siska memanggil. "Greta ... aku sudah tahu siapa pacarmu itu. Aku tahu identitasnya," ujar Siska dengan sebelah tangan terbuka lebar, menghalangi Greta untuk masuk. Terang, Greta pun menghentikan langkahnya sejenak karena tak bisa lewat. Lagi, telinganya bagai tersengat mendengar ucapan Siska yang masih berdengung sampai sekarang. "Apa maksud kamu?" Sebenarnya Greta sudah malas berurusan dengan Siska, tapi wanita itu sendiri yang suka cari masalah dengannya. Terpaksa dia meladeninya juga. "Ya, aku tahu apa profesi pacarmu itu. Dia adalah seorang bartender, bukan?" Greta memicingkan mata. bagaimana teman yang kini menjadi musuhnya ini tahu hal itu? Sejak kapan dia menyelidiki Kay? Kenapa ia tidak tahu? Tampak jelas dari ucapan, senyum, juga tatapan Siska yang meremehkan juga menyindir dirinya, membuat tak hanya indra pendengar Greta yang panas, tapi juga dadanya yang terbakar panas. "Apanya yang salah dengan bartender? Aku tak peduli dengan apapun profesinya. Asal dia setia padaku tidak seperti seseorang yang seperti pagar makan tanaman." Awalnya Siska merasa menang berhasil menjatuhkan harga diri Greta, namun rupanya itu berbalik padanya. Dikatai sebagai pagar makan tanaman dia tidak terima. Jelas itu karena Neil sendiri yang memulai hubungan dengan dirinya bukan dia yang merebut Neil dari Greta. Tampak Siska yang kini menggeram karena harga dirinya telah disinggung. Karena sebal maka ia pun membalas kala Greta menampik tangannya. Saat Greta lewat, ia ganti memajukan satu kakinya untuk menjegal Greta. Rasakan Greta!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN