Alisa duduk bersandar di sudut ruangan, diam, tatapannya hampa menatap lantai berdebu. Jemarinya mengepal, dingin, namun ekspresinya tetap tak terbaca. Suara langkah sepatu menghentak lorong. Seorang polisi datang dan membuka sel tersebut. “Nona Alisa, kau dibebaskan. Seseorang telah membayar jaminanmu. Kau bisa keluar sekarang.” Langkah kaki Alisa menyeret pelan di sepanjang lorong sempit dan dingin itu. Dinding-dindingnya berwarna abu pudar, lampu-lampu neon di atas kepala berkelap redup. Di sisi kiri dan kanan, pintu-pintu ruangan terbuka dan tertutup, namun suara-suara terasa jauh. “Siapa yang membebaskanku?” Polisi wanita di depannya hanya menjawab, “Kau akan mengetahuinya nanti ketika sampai di lobi.” Saat Alisa melangkah ke ruang lobi, pandangannya langsung bertabrakan dengan s