Jantungnya seakan berhenti berdetak. Sorot mata pria di hadapannya bukan tatapan tajam penuh strategi yang biasa dimiliki Axton. Tidak ada ketegangan, tidak ada amarah yang tersembunyi, hanya ketenangan yang sangat asing kini bagi Kaylee. Kaylee menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. “Kamu—.” Pria itu, yang tubuhnya milik Axton mendekat dengan langkah tenang. “Apa kabar, Kaylee?” tanyanya pelan hampir berbisik sembari menyentuh pipi wanita itu dengan ujung jarinya. Sentuhan itu lembut, penuh kerinduan namun terasa asing setelah sekian lama. Air mata berderai jatuh tanpa bisa ia cegah. Tangan Austin segera menghapusnya. Dengan sentuhan yang sangat hati-hati, seolah ia menyentuh sesuatu yang suci, atau sesuatu yang pernah hilang. “Jangan menangis,” ujarnya, masih dengan nada khasn