Begitu pintu tertutup dan langkah Regan menghilang di baliknya, ruangan itu kembali diselimuti hening. Hanya ada dengung halus pendingin ruangan dan bunyi napas Ian yang masih terlelap di sofa. Aroma gurih dari kotak-kotak makanan di meja kecil perlahan mengusir aroma kopi yang tadi menguasai ruangan. Adnan menoleh ke arah Indira. “Ayo makan dulu sebelum Ian bangun,” ucapnya singkat. Indira mengangkat wajah, sedikit terkejut karena mengira Adnan akan melanjutkan pembicaraan panas barusan. Ia menatap sebentar ke arah putranya, lalu mengangguk pelan. “Baik,” jawabnya tanpa banyak perdebatan. Adnan berdiri lebih dulu, berjalan menuju meja kecil di dekat sofa. Jemari panjangnya membuka satu per satu kotak makanan, menata piring, menuang sup bening ke mangkuk, dan mengiris ayam panggang yang